UPAYA PENINGKATAN KEDISIPLINAN PRIBADI SISWA
DALAM MENGIKUTI TAMBAHAN PELAJARAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BAGI
SISWA KELAS IX/ E SMP NEGERI 7 SUKOHARJO TAHUN
PEMBELAJARAN 2012/2013
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Kepribadian Anak
Semasa
kecil anak-anak membentuk kepribadiannya melalui masukan dari lingkungan
primernya (keluarga). Sampai
usia 5-8 tahun ia masih menerima masukan-masukan (tahap formative). Menjelang
remaja (usia ABG) ia mulai memberontak dan mencari jati dirinya dan akan makin
menajam ketika ia remaja (makin sulit diatur) sehingga masa ini sering
dinamakan masa pancaroba. Masa pancaroba ini pada hakikatnya merupakan tahap
akhir sebelum anak memasuki usia dewasa yang matang dan bertanggung jawab,
karena ia sudah mengetahui tolok ukur yang harus diikuti dan mampu menetapkan
sendiri mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk dan mana yang indah
dan jelek. Tetapi masa pancaroba dalam diri individu itu akan lebih sulit
mencapai kemantapan dan kematangan jika kondisi di dunia luar juga pancaroba
terus, seperti halnya di era Posmo ini. Dampaknya adalah timbulnya generasi
remaja dan dewasa muda yang terus berpancaroba sampai dewasa. Generasi inilah
yang saya temui di ruang praktek dengan kebingungan memilih jurusan yang mana,
bimbang karena pacarnya tidak disetujui orangtua, kehabisan akal karena hamil
di luar nikah atau karena tidak bisa keluar dari kebiasaan menyalahgunakan
Narkoba.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepatuhan
seseorang terhadap tata tertib dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2002: 254) disiplin adalah latihan batin dan
watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu mentaati tata tertib atau
ketaatan pada aturan dan tata tertib. Jadi berdisiplin berarti mentaati tata
tertib.
3. Peranan Bimbingan dan Konseling
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah
pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu
siswa mencari kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota
masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling
menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran,
tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus
terhadap semua semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan
kemampuannya. (Mortensen & Schemuller, 1969).
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin
dirasakan perlu keberadaannya di setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai
macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982), sebagai
berikut :
a) Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua
sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam (+ 6 jam) hidupnya
berada di sekolah.
b) Para siswa yang usianya relatif masih muda
sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan
dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Prof. Dr. Soetjipto (1994:101) dalam
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, konselor sekolah
sangat berperan. Adapun peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan
bimbingan dan konseling adalah :
a) Menyusun program bimbingan dan konseling
bersama kepala sekolah.
b) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum
mengenai kegiatan bimbingan dan konseling.
c) Bertanggung jawab terhadap jalannya
program.
d) Mengkoordinasikan laporan kegiatan
pelaksanaan program sehari-hari.
e) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala
sekolah.
f) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian
kepada diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama
makin berkembang.
g) Menerima dan mengklasifikasikan informasi
pendidikan dan informasi lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga
menjadi catatan kumulatif siswa.
h) Menganalisis dan menafsirkan data siswa
untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif terhadap siswa.
i) Menyelenggarakan pertemuan staf.
Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling secara individual.
B. Penelitian Yang Relevan
Telah
dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa pada mata pelajaran Matematika melalui pembelajaran dengan
pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) disertai
sanksi pada siswa kelas IX / E SMP Negeri 7 Sukoharjo, mengingat kedisiplinan
belajar siswa belum nampak secara signifikan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kedisiplinan siswa selama tindakan kelas dari siklus
satu sampai siklus tiga yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Setelah dilakukan analisis data menggunakan
pendekatan triagulai data yang meliputi reduksi data, pemaparan data dan
verifikasi pengambilan simpulan maka diperoleh simpulan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan yang disertai sanksi dapat meningkatkan kedisiplinan siswa
kelas IX / E SMP Negeri 7 Sukoharjo tahun ajaran 2012-2013. Melalui
pembelajaran ini siswa memiliki kesadaran akan pentingnya kedisiplinan dalam
belajar dan memahami sains dalam kaitannya terhadap lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
C. Kerangka Berpikir
Pada
bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan atau
metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan
diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK
sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain disamping terhadap
teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logis dan
teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Proses penelitian
tindakan kelas ini bila dibuat alur bagan menjadi
Gambar 1 alur penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), yang berarti bahwa penelitian dilakukan oleh guru di kelas atau di
sekolah tempat guru mengajar dengan penjajakan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praktik pembelajaran. Hipotesis merupakan kesimpulan awal yang sifatnya masih prematur dan belum
dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan. Kesimpulan ini dianggap sebagai
dugaan-dugaan terhadap pelaksanaan metode pembelajaran yang sesungguhnya.
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
pendekatan teori dan praktek.
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, penulis terlebih dahulu
memberikan dugaan-dugaan mengenai hasil penelitian yang akan diperoleh, antara
lain adalah :
1. Diduga bahwa tingkat kedisiplinan siswa disebabkan
karena tidak
semua guru mau merperhatikan tingkah laku
siswa setiap hari..
2. Diduga bahwa siswa setiap pergantian jam pelajaran keluar karena
guru yang mengajar jam berikutnya tidak cepat-cepat masuk kelas.
3. Diduga bahwa siswa tidak segera masuk kelas
setelah waktu istirahat berakhir adalah karena siswa tidak pernah terkena sangsi
setelah melakukan pelanggaran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar