Kamis, 29 September 2016

Bab I: UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN TERKAIT DENGAN KERAPIAN BERPAKAIAN SERAGAM SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 WERU SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013



UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN TERKAIT DENGAN KERAPIAN BERPAKAIAN SERAGAM SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA                KELAS VIII A SMP NEGERI 1 WERU SEMESTER II                                       TAHUN PELAJARAN 2012/2013




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Seiring dengan modernisasi atau perkembangan di berbagai bidang, mulai dari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sampai perkembangan dunia mode, sangat berdampak pada kehidupan di kalangan para remaja khususnya anak-anak usia SMP, baik di perkotaan maupun di pedesaan sekalipun. selain membawa dampak yang positif bagi mereka, ternyata juga membawa dampak yang negatif. Belajar dari kejadian-kejadian di sekitar kita, fenomena-fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di kalangan remaja khususnya anak usia SMP sangat memprihatinkan dan mencengangkan semua pihak, terutama dari kalangan dunia pendidikan. kecanggihan teknologi menyuguhkan tawaran-tawaran yang menggiurkan bagi anak-anak seusia mereka. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pergaulan hidup remaja belakangan ini. Kenakalan remaja yang makin meningkat menjadikan orang tua, pihak sekolah dan masyarakat semakin kuatir dengan anak-anak dan anak didik mereka. Sudah barang tentu, ini sangat menggelisahkan.
Salah satu contoh adalah perkembangan yang terjadi pada dunia mode/fesyen atau cara berpakaian. Dengan ditopang kemajuan di bidang teknologi komunikasi, hal ini akan sangat mudah sampai pada anak-anak atau remaja. Perkembangan, perubahan trend atau gaya berpakaian secara sengaja maupun tidak sengaja mereka bawa ke dunia pendidikan. Lebih khusus pada cara mereka dalam berpakaian seragam sekolah. Di mana dengan seragam sekolah ini diharapkan menumbuhkan rasa kebersamaan dalam memiliki serta rasa persaudaraan senasib. Dengan pakaian seragam bisa membangkitkan jiwa disiplin untuk berperilaku bahwa hidup itu ada aturan yang harus ditaati baik itu aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berupa adat istiadat, budaya dan sopan santun, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Yaitu ketika mereka berpakaian seragam entah karena pengaruh atau mengikuti trend atau terpengaruh temannya, hal itu menunjukkan ketidak disiplinan mereka mentaati tata tertib sekolah, bahkan jauh dari atau melanggar norma sopan santun.
Untuk itu dari pihak sekolah perlu memibangkitkan kembali kedisiplinan dalam berpakaian seragam sekolah. Hal ini memang penting untuk dilakukan, karena pada hakekatnya dengan pakaian seragam itu bisa membangkitkan jiwa disiplin, menumbuhkan rasa kebersamaan dalam memiliki serta rasa persaudaraan senasib. Sekolah merupakan tempat bagi generasi calon pemimpin bangsa menimba ilmu pengetahuan dan berinteraksi dalam dunia keilmuan. Disadari atau tidak oleh siswa, sekolah menjadi salah satu tempat pendadaran bagi mereka untuk belajar tentang banyak hal agar kelak menjadi orang yang eksis dan sukses. Kedisiplinan menjadi salah satu faktor yang dapat membantu seseorang meraih sukses, tidak terkecuali disiplin pada siswa.
Secara psikologis, anak-anak usia SMP adalah anak-anak yang pada fase perkembangan remaja, kepribadiannya tergolong masih labil. Mereka akan sangat mudah terpengaruh terhadap apa yang merka lihat. Rasa ingin tahu yang besar, keinginan untuk mencoba hal yang baru sangat kuat.. Kepribadian yang belum matang mempengaruhi pola pikir yang terwujud pada tindakan-tindakan. Hal ini jika tidak disalurkan dengan baik, maka akan berdampak negatif bagi mereka.
Mereka berada pada masa peralihan artinya, masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang sering membawa kesenjangan pemahaman dan aktivitas pikir lainnya. Mereka merasa sudah cukup besar dan dapat bertanggungjawab sendiri atas semua hal yang mereka inginkan atau lakukan, namun kenyataannya mereka belum mampu untuk berpikir dan memahami banyak hal atas keinginan atau kelakuan mereka sehingga untuk hal-hal tertentu mereka belum bisa bertanggungjawab. Kesenjangan inilah yang harus dijembatani oleh orang tua di rumah maupun guru di sekolah. Namun demikian, untuk menjelaskan hal ini kepada mereka pun tidaklah mudah. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang intens dalam bentuk pendampingan-pendampingan.
Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan siswa dalam upaya membantu siswa menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan tersebut dapat berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. Berbeda dengan proses yang berlangsung di dua lingkungan yang pertama, pendidikan di lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Pendidikan formal memiliki kurikulum tertulis, dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah arahan pendidik. Dari aspek non-akademik, mutu pendidikan juga banyak mendapat kritik, khususnya berkaitan dengan masalah kedisiplinan, moral dan etika, kreativitas dan kemandirian yang tidak mencerminkan tingkat kualitas yang diharapkan oleh masyarakat luas.
Secara umum, kedisiplinan di SMP Negeri 1 Weru belum seperti yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan salah satunya tentang kerapian memakai seragam sekolah yang masih rendah. Siswa masih sering tidak mematuhi peraturan tentang tata tertib pemakaian seragam sekolah karena kurangnya kesadaran mereka untuk memakai seragam sekolah dengan rapi sesuai dengan tata tertib yang telah ditetapkan di sekolah.
Ketidakdisiplinan siswa dalam berpakaian seragam akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di kelas serta kondisi sekolah  pada umumnya. Hal itu juga akan mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian siswa lain yang dikawatirkan akan meniru ketidak disiplinan tersebut. Oleh sebab itu masalah rendahnya kedisiplinan siswa dalam berpakaian seragam sangat perlu segera ditindaklanjuti.
Disiplin berpakaian seragam sekolah dalam proses belajar mengajar di sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan untuk membentuk karakter siswa disiplin dalam belajar, disiplin masuk sekolah, disiplin dalam beribadah, disiplin dalam menjadi siswa, dan disiplin menjadi anggota masyarakat. Untuk mengatasi masalah ketidakdisiplinan dalam berpakaian seragam sekolah, tidak cukup dapat diselesaikan satu dua orang guru saja, tetapi perlu adanya kerja sama yang baik diantara pihak-pihak yang bersangkutan yaitu: kepala sekolah, kesiswaan, guru BK, guru mapel, wali kelas, guru piket, dan orang tua/wali siswa, serta harus ada ketegasan dan keseriusan dalam menangani siswa yang bermasalah dalam berpakaian seragam sekolah. Oleh karena itu, dengan adanya kerjasama yang baik diantra pihak-pihak yang bersangkutan serta ketegasan dan keseriusan dalam menangani permasalahan tersebut akan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam berpakaian seragam sekolah.
Berbagai usaha sebenarnya sudah dilakukan pihak sekolah untuk menekan pelanggaran yang dilakukan siswa. Namun hal itu hanya berlangsung sebentar dan tidak memberikan efek jera bagi siswa. Usaha yang dilakukan adalah mencatat dan memberikan peringatan kepada siswa yang melanggar aturan pemakaian seragam sekolah. tetapi di satu sisi mungkin dari berbagai usaha tersebut belum dilaksanakan secara maksimal dan belum mendapat dukungan penuh dari steakholder.
Bertitik tolak pada uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitiaan tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Terkait Dengan Kerapian Berpakaian Seragam Sekolah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”
B.      Identifikasi Masalah
Langkah ini pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui masalah yang dihadapi paserta didik yang berkaitan dengan kerapian berpakaian seragam sekolah. Kareana dalam penelitian ini termasuk layanan bimbingan  kelompok pada siswa, maka dalam langkah ini menganalisis tentang :
1.   Mengapa masih banyak siswa yang tidak disiplin dalam berpakaian seragam sekolah?
2.   Mengapa sudah sering sekali diingatkan dan dinasehati masih banyak siswa yang tidak disiplin dalam berpakaian seragam sekolah?
3.   Mengapa masih banyak siswa yang belum memahami arti pentingya kedisiplinan dalam berpakaian seragam sekolah?
4.   Mengapa siswa belum memahami hambatan dalam dirinya terkait dengan kedisiplinan dalam berpakaian seragam sekolah?
5.   Bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan dalam berpakaian seragam sekolah pada siswa?

C.      Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan dari persoalan pokok dan untuk mendudkung hasil yang lebih baik, maka penulis membatasi pada masalah kedisiplinan siswa, kerapian berpakaian seragam sekolah, dan pendekatan dari pihak sekolah.
1.     Kedisiplinan yang dimaksud peneliti adalah kedisiplinan siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2012/2013 dalam kaitannya untuk memakai seragam sekolah dengan rapi.
2.     Kerapian berpakaian seragam sekolah adalah pemakaian seragam sekolah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2012/2013. Dengan kerapian berpakaian seragam sekolah sesuai dengan peraturan, maka siswa akan terhindar sanksi tata tertib.
3.     Sedangkan pendekatan dari pihak sekolah meliputi pengarahan, pembinaan, pemberian pujian secara langsung kepada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2012/2013. Pendekatan secara langsung disini dilakukan oleh peneliti selaku pembimbing atau guru Bimbingan dan konseling di sekolah.

D.      Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting karena akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah berikutnya, terutama dalam mengkontruksi suatu hipotesis (Nugroho, 2008: 5).Melalui adanya permasalah yang jelas, maka proses pemecahannya pun akan terarah dan terfokuspada permasalah tersebut.berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah dengan melalui layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kedisiplinan dalam berpakaian seragam Sekolah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Weru Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013?”
E.    Tujuan Penelitian
Tujuan dalam suatu penelitian merupakan salah satu alat kontrol yang dapat dijadikan petunjuk supaya penelitian ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diinginkan. “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah peneliti selesai” (Arikunto, 2002: 51). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.     Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah meningkatkan kedisiplinan berpakaian seragam sekolah pada siswa.
2.     Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah melihat pengaruh dari layanan bumbungan kelompok  pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2012/2013 dari pembimbing.

F.     Manfaat Penelitian
Penulisan penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini sudah tentu diharapkan memiliki nilai kemanfaatan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.     Manfaat Teoritis
a.      Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang cara meningkatkan kedisiplinan terkait dengan kerapian berpakaian seragam sekolah pada siswa.
b.     Sebagai sumber yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.
2.     Manfaat Praktis
a.      Manfaat bagi pendidik
Sebagai masukan untuk memberikan pengarahan kepada siswa agar memiliki kesadaran untuk meningkatkan kedisiplinan terkait dengan kerapian berpakaian seragam sekolah.
b.     Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa tentang pentingnya kesadaran untuk meningkatkan kedisiplinan terkait dengan kerapian berpakaian seragam sekolah, guna menjalankan tata tertib sekolah.
c.      Manfaat bagi Sekolah
Dapat dijadikan masukan sebagai sumbangan pemikiran tentang  pentingnya kedisiplinan terkait dengan kerapian berpakaian seragam sekolah pada siswa.
d.     Manfaat bagi Penulis
Dapat menemukan cara pemecahan masalah dari permasalahan yang diteliti dan menambah wawasan serta pengetahuan penulis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar