Jumat, 30 September 2016

BAB II: UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN TERKAIT DENGAN KERAPIAN BERPAKAIAN SERAGAM SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 WERU SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013



UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN TERKAIT DENGAN KERAPIAN BERPAKAIAN SERAGAM SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA                KELAS VIII A SMP NEGERI 1 WERU SEMESTER II                                       TAHUN PELAJARAN 2012/2013


BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.      Kajian Teoritis
1.     Kedisiplinan Dalam Berpakaian Seragam Sekolah
a.      Pengertian Disiplin
Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat (http://repository.usu.ac.id). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Disiplin adalah tata tertib ( di sekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, dsb). Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Kedisiplinan adalah perilaku mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam buku Disiplin Kiat Menuju Sukses karangan Soegeng Pujodarminto (1994: 23) mengatakan, disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui poses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, atau ketertiban.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arti kedisiplinan adalah  perilaku mematuhi aturan-aturan yang tercipta dan terbentuk melalui arahan dan latihan yang meninjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban.
b.   Faktor-faktor Pembentuk Kedisiplinan
Sedangkan Bohar Soeharto dalam Tulus Tu’u (2004: 51 ) bahwa factor pembentuk ada 11 macam, yaitu :
1)      Suatu disiplin yang efektif akan beusaha memperkembangkan pengarahan diri secara maksimal.
2)      Disiplin yang efektif didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
3)      Disiplin yang efektif akan membantu untuk mengenal diri lebih baik sebagai individu yang unik dan mandiri.
4)      Disiplin yang efektif akan membangun konsep diri, yakni sebagai individu yang bermanfaat dan perlu dihormati.
5)      Disiplin yang efektif akan membantu untuk mengubah persepsinya terhadap situasi tertentu.
6)      Disiplin yang efektif menggunakan control secara bijak/terbatas.
7)      Disiplin yang efektif akan meningkatkan kesiapan individu untuk pengarahan diri lebih lanjut.
8)      Disiplin efektif harus tertuju pada yang berkemauan untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan.
9)      Disiplin yang efektif biasanya menetap.
10)   Disiplin yang efektif jarang menggunakan hukuman sebagai cara untuk menakut-nakuti.
11)   Disiplin yang efektif tidak menggunakan kutukan, tundukan, atau penyesalan.
Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah.
1)      Datang ke sekolah tepat waktu;
2)      Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan;
3)      Mentaati peraturan sekolah;
4)      Mengikuti uapacara dengan tertib;
5)      Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu
6)      Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya;
7)      Memotong rambut jika kelihatan panjang;
8)      Selalu berdoa sebelum memulai pelajaran dan masih banyak lagi.
Kerapian berpakaian seragam sekolah untuk siswa dapat menjadi budaya yang harus dilatih dan selalu diawasi. Kegiatan pengawasan inidapat dilakukan pembimbing sekolah yang telah ditunjuk kepala sekolah untuk menangani kedisiplinan siswa terkait dengan kerapian berpakaian seragam sekolah. Jika ada siswa kurang rapi memakai seragam, maka siswa tersebut akan menerima sanksi sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kedisiplinan yang berkaitan dengan kerapian siswa dalam berpakaian seragam sekolah dapat ditingkatkan melalui pendekatan secara langsung yang dilakukan oleh pendidik dan atau pembimbing sekolah. Pembimbing dapat memberikan pembinaan kepada siswa agar mereka lebih memperhatikan tata tertib sekolah.
Pelayanan bimbingan konseling bertujuan membantu siswa dalam kaitannya untuk pemahaman dan pengamalan disipliln dan peraturan sekolah. Pelayanan konseling di sekolah berusaha memfasilitasi pengembangan siswa, baik secara individual, kelompok maupun klasikal sesuai dengan kebutuhan potensi, minat dan bakat. Serta berusaha untuk memfasilitasi perkembangan kondisi, peluang-peluang yang dimiliki dan berusaha membantu mengatasi kelemahan dan hambatan yang dihadapi siswa.
c.      Pakaian seragam di sekolah
Pakaian sekolah adalah pakaian yang dikenakan oleh siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi :
1)     Pakaian seragam sekolah;
2)     Pakaian upacara bendera;
3)     Pakaian OSIS;
4)     Pakaian batik;
5)     Pakaian pramuka;
6)     Pakaian olah raga;
7)     Pakaian ekstrakurikuler adalah pakaian yang dikenakan oleh siswa saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang disyarakatkan sekolah;
8)     Pakaian praktikum adalah pakaian yang dikenakan oleh siswa saat mengikuti kegiatan praktikum dan kegiatan lain yang disyaratkan;
9)     Pakaian khusus sekolah.
Pakaian seragam sekolah harus memenuhi norma kesusilaan, kesopanan dan kesederhanaan. Pakaian seragam sekolah dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, tenggang rasa, persatuan dan nasionalisme serta cinta terhadap budaya daerah. Ketentuan model pakaian seragam sekolah dan atribut diatur lebih lanjut dengan keputusan kepala sekolah terkait serta keputusan dari dinas pendidikan derah setempat.
d.     Manfaat Siswa Diseragamkan
Manfaat siswa menggunakan seragam sekolah adalah agar secara psikologi mereka biasa hidup disiplin mengikuti aturan yang ada, mengurangi terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam berpakaian baik itu mode, kualitas dan harga bahan pakaian (www.kr.co.id). Warna yang sama dalam suatu unit/sekolah bisa mengeliminasi konsentrasi serta perhatian siswa dalam menerima pelajaran di kelas. Demikian halnya dengan seragam yang sama warnanya dan kualitas bahan pakaian, diharapkan menimbulkan rasa kebersamaan dalam memiliki serta rasa persaudaraan senasib.
Dengan pakaian seragam bisa membangkitkan jiwa disiplin untuk berperilaku bahwa hidup itu ada aturan yang harus ditaati baik itu aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berupa adat istiadat, budaya dan sopan santun. Jadi, disinilah salah satu manfaat siswa di sekolah memakai seragam sekolah dan menggunakan identitas diri yang diperlukan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Didikan seperti ini yang diharapkan bagi siswa agar kelak setelah menjadi pemimpin bangsa mereka bisa mempertahankan identitas diri dan negaranya darim pengaruh budaya luar yang tidak sejiwa dengan bangsanya.
e.      Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Berpakaian Seragam Sekolah
Perlunya meningkatkan kedisiplinan dalam berseragam sekolah, karena dengan hal tersebut akan membentuk karakter, kepribadian yang dan tingkah laku yang kuat dan baik pada siswa.
Menurut Singgih D.Gunarso (1989: 82) ada 3 ( tiga ) hal yang harus diperhatikan dalam cara menanamkan disiplin yaitu sebagai berikut :
1). Disiplin yang bersifat otoriter, yaitu disiplin yang diterima orang      tuanya, guru dan orang lain yang lebih dewasa. Cirinya antara lain : hukuman yang diberikan kadang-kadang kejam dan tidak diberi ganjaran walaupun tingkah laku yang dikerjakan baik.
2). Disiplin yang bersifat demokratis, yaitu : disiplin yang banyak dijumpai pada anak-     anak atas kelompok remaja. Jenis-jenisnya dapat berupa kelompok sekolah, kelompok olah raga serta jenis aktivitas lainnya.Hukuman selalu dihubungkan dengan kesalahan yang diperbuat ganjaran selalu diberikan kepada suatu perbuatan yang baik.
3). Disiplin yang bersifat pengertian atau bebas, yaitu disiplin ini tidak perlu adanya peraturan yan harus dibuat, seseorang di beri kebebasan untuk mengerjakn apa yang dianggap benar. Tidak ada hukuman maupun ganjaran, karena tidak ada aturan yang harus ditepati.
Sedangkan upaya-upaya untuk mendisiplinkan berpakaian di sekolah dapat dilakukan dengan cara :
1)      Menyusun/membuat jadwal guru piket yang setiap hari/pagi  berada di pintu gerbang yang salah satu tugasnya mengawasi dan mengingatkan bagi siswa yang tidak disiplin dalam berpakaian seragam sekolah.
2)      Diadakan operasi/razia secara berkala oleh wali kelas, kesiswaan dan guru BK khususnya untuk pakaian seragam sekolah.
3)      Untuk siswa yang sudah berkali melakukan pelanggaran meskipun sudah diperingatkan dilakukan bimbingan/pembinaan baik oleh wali kelas, kesiswaan, guru BK (konseling) dan bahkan sampai pemanggilan orang tua.
4)      Apabila langkah tersebut tidak berhasil maka siswa dan orang tua supaya membuat surat pernyataan atau perjanjian.

2.   Layanan Bimbingan Kelompok
a)   Pengertian Bimbingan Kelompok
Di sekolah ada beberapa layanan yang diterima oleh peserta didik atau siswa salah satunya adalah layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok diberikan dalam bentuk kelompok sedangkan untuk pemecahan masalahnya melalui dinamika kelompok.
Menurut Achmad Juntika Nurihsan ( 2010 : 23 ), bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. .Sedangkan menurut Sukiman ( 2011 : 98 ) layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diselenggarakan dengan mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi.
Sementara itu, menurut Tohirin dalam Nidya Damayanti (2012:40)                       mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelomok. Dalam bimbingan kelompok merupakah sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Sedangkan menurut Sukiman ( 2011: 196 ) dalam Banun Sri Haksasi bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sejumlah konseli / klien pada waktu yang sama. Jumlahnya dapat bervariasi, yang ideal maksimal 6 anak, meskipun biasanya berkisar antara 4 sampai 8 orang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu jenis layanan bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada siswa melalui kegiatan kelompok agar siswa memperoleh sejumlah informasi yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi serta menunjang perkembangan optimal pribadi siswa.
b)   Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber ( terutama dari Guru Pembimbing ) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksud itu juga dapat dipergunakan untuk sebagai acuan mengambil keputusan.Juga dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topic-topik yang penting , mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok ( Prayitno, 1997 : 99 ).
Adapun tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengembangkan potensi atau kepribadian, antara lain: berani berbicara di muka umum, berani mengeluarkan pendapat, mampu menyampaikan gagasan, bertenggan rasa, serta dapat mengembangkan bakat dan minat.
2)      Pembahasan masalah atau topik-topik umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok.
3)      Untuk memperleh pemahaman baru dari topik-topik yang dibahas.

c. Manfaat Bimbingan Kelompok
Manfaat bimbingan kelompok menurut Ketut Dewa Sukardi dalam Nidya Damayanti (2012:42) adalah sebagai berikut:
1)      Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitanya.
2)      Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan.
3)      Menimbulkan sikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompk.
4)     Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
5)  Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.


d. Bentuk-Bentuk Bimbingan Kelompok
Konselor atau guru pembimbing harus menilai dan melihat klien atau siswanya sehingga dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok secara tepat. Ada beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut Tahirin dalam Nidya Damayanti (2012: 42-45) antara lain sebagai berikut:
1). Program Home Room
          Program ini dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut, siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien.
2). Karyawisata
Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.


3). Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecagkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri.
4). Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok.
5). Organisasi Siswa
Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madarasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalah-masalah siswa yang baik sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa memperoleh kesempatan mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan siswa dalam organisai siswa dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga diri siswa.
6). Sosiodrama
Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Metide ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial.
7). Psikodrama
Pada psikodrama, yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu.
8).Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan secara individiu maupun kelomok tergantung kesilitan belajar yang dihadapi oleh siswa.

e. Tahap-Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
 Tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.     Tahap Pembentukan
a)     Ucapan salam
b)     Doa bersama
c)     Mengungkapkan pengertian bimbingan kelompok.
d)     Mengungkapkan tujuan bimbingan kelompok.
e)     Menjelaskan cara-cara pelaksanaan bimbingan kelmpok
f)      Menjelaskan asas-asas kegiatan bimbingan kelompo.
g)     Saling memperkenalkan diri (bila belum kenal) dan atau permainan atau nyanyian penghangatan (pengakraban).
2.     Tahap Peralihan
a)     Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b)     Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya.
c)     Mempelajari dan membahas suasana yang terjadi dalam kelompok.
d)     Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
e)     Jika perlu, kembali pada aspek tahap pertama.
1.     Tahap Kegiatan Kelompok Tugas
a)     Pemimpin kelmpok mengemukakan suatu masalah atau topik.
b)     Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok.
c)     Anggota membahas masalah atau topik secara mendalam dan tuntas.
d)     Kegiatan selingan (bisa nyanyian, bermain dsb).
2.     Tahap Kegiatan Kelompok Bebas
a)     Masing-masing anggota secara bebas mengemukaan masalah atau topok bahasan.
b)     Tanya jawab hal-hal yang dipahami.
c)     Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas lebih dahulu.
d)     Anggota membahas masalah atau topik secara mendalam dan tuntas.
e)     Kegiatan selingan.

3.     Tahap Pengakhiran
a)     Pemimpin kelomok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
b)     Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
c)     Membahas kegiatan lanjutan.
d)     Mengemukakan kesan dan pesan.

B.    Kerangka Berpikir 
Secara garis besar, setiap permasalahan memerlukan upaya tetentu untuk memahami dan mencari solusinya. Metode tersebut dikonsepkan menjadi sebuah kerang berpikir yang menentukan batasan-batasan konseptual teoritik untuk memahami dan mencari solusi suatu permasalahn. Oleh karena itu, dalam bagian ini dipaparkan kajian, baik pengalaman peneliti sebagai pelaku penelitian sendiri yang relevan maupun teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai literatur. Argumen ilmiah dan teoritik diperlukan guna menyusun kerangka kopnseptual. Dalam kaitan dengan penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang penulis lakukan, kerangka konseptual teoritik yang dimaksud adalah sebagai berikut :









Kondisi Awal
1.    Guru pembimbing belum memberikan layanan bimbingan kelompok
2.    Kedisiplinan berpakaian seragam OSIS rendah.
Tindakan
Guru pembimbing memberikan layanan bimbingan kelompok
SIKLUS 1
- Memberikan motivasi
- Pemberian tugas kelompok
SIKLUS 2
- Pemberian motivasi
- Pemberian tugas
- Presentasi hasil kelompok
Kondisi Akhir
Terjadi peningkatan kedisiplinan berpakaian seragam Sekolah pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013



 













Gambar.2.1. Kerangka Berpikir
C.    Hipotesis Tindakan
Sebelum melakukan penelitian bimbingan dan konseling ini, berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis tindakan yaitu: “ Melalui layanan Bimbingan Kelompok dapat Meningkatkan Kedisiplinan Berpakaian Seragam Sekolah  pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013 “.