UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN TERKAIT DENGAN KERAPIAN BERPAKAIAN
SERAGAM SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 WERU
SEMESTER II TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Teoritis
1.
Kedisiplinan
Dalam Berpakaian Seragam Sekolah
a.
Pengertian Disiplin
Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai
suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin
berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat
(http://repository.usu.ac.id). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Disiplin adalah tata tertib ( di
sekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata
tertib, dsb). Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan
membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Kedisiplinan adalah
perilaku mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam buku
Disiplin Kiat Menuju Sukses karangan Soegeng Pujodarminto (1994: 23)
mengatakan, disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui poses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, atau ketertiban.
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arti kedisiplinan
adalah perilaku mematuhi aturan-aturan
yang tercipta dan terbentuk melalui arahan dan latihan yang meninjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban.
b.
Faktor-faktor Pembentuk Kedisiplinan
Sedangkan Bohar Soeharto dalam Tulus Tu’u (2004: 51 ) bahwa factor
pembentuk ada 11 macam, yaitu :
1)
Suatu
disiplin yang efektif akan beusaha memperkembangkan pengarahan diri secara
maksimal.
2)
Disiplin
yang efektif didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
3)
Disiplin
yang efektif akan membantu untuk mengenal diri lebih baik sebagai individu yang
unik dan mandiri.
4)
Disiplin
yang efektif akan membangun konsep diri, yakni sebagai individu yang bermanfaat
dan perlu dihormati.
5)
Disiplin
yang efektif akan membantu untuk mengubah persepsinya terhadap situasi tertentu.
6)
Disiplin
yang efektif menggunakan control secara bijak/terbatas.
7)
Disiplin
yang efektif akan meningkatkan kesiapan individu untuk pengarahan diri lebih
lanjut.
8)
Disiplin
efektif harus tertuju pada yang berkemauan untuk melakukan sesuatu tanpa
paksaan.
9)
Disiplin
yang efektif biasanya menetap.
10)
Disiplin
yang efektif jarang menggunakan hukuman sebagai cara untuk menakut-nakuti.
11)
Disiplin
yang efektif tidak menggunakan kutukan, tundukan, atau penyesalan.
Berikut
ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah.
1)
Datang ke
sekolah tepat waktu;
2)
Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan;
3)
Mentaati
peraturan sekolah;
4)
Mengikuti
uapacara dengan tertib;
5)
Mengumpulkan
tugas yang diberikan guru tepat waktu
6)
Melakukan
tugas piket sesuai jadwalnya;
7)
Memotong
rambut jika kelihatan panjang;
8)
Selalu berdoa
sebelum memulai pelajaran dan masih banyak lagi.
Kerapian
berpakaian seragam sekolah untuk siswa dapat menjadi budaya yang harus dilatih
dan selalu diawasi. Kegiatan pengawasan inidapat dilakukan pembimbing sekolah
yang telah ditunjuk kepala sekolah untuk menangani kedisiplinan siswa terkait
dengan kerapian berpakaian seragam sekolah. Jika ada siswa kurang rapi memakai
seragam, maka siswa tersebut akan menerima sanksi sesuai dengan tata tertib
yang berlaku di sekolah.
Kedisiplinan yang
berkaitan dengan kerapian siswa dalam berpakaian seragam sekolah dapat
ditingkatkan melalui pendekatan secara langsung yang dilakukan oleh pendidik
dan atau pembimbing sekolah. Pembimbing dapat memberikan pembinaan kepada siswa
agar mereka lebih memperhatikan tata tertib sekolah.
Pelayanan bimbingan
konseling bertujuan membantu siswa dalam kaitannya untuk pemahaman dan
pengamalan disipliln dan peraturan sekolah. Pelayanan konseling di sekolah
berusaha memfasilitasi pengembangan siswa, baik secara individual, kelompok
maupun klasikal sesuai dengan kebutuhan potensi, minat dan bakat. Serta
berusaha untuk memfasilitasi perkembangan kondisi, peluang-peluang yang
dimiliki dan berusaha membantu mengatasi kelemahan dan hambatan yang dihadapi
siswa.
c.
Pakaian seragam
di sekolah
Pakaian sekolah adalah pakaian yang dikenakan oleh
siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi :
1)
Pakaian seragam
sekolah;
2)
Pakaian upacara
bendera;
3)
Pakaian OSIS;
4)
Pakaian batik;
5)
Pakaian pramuka;
6)
Pakaian olah
raga;
7)
Pakaian
ekstrakurikuler adalah pakaian yang dikenakan oleh siswa saat mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang disyarakatkan sekolah;
8)
Pakaian
praktikum adalah pakaian yang dikenakan oleh siswa saat mengikuti kegiatan
praktikum dan kegiatan lain yang disyaratkan;
9)
Pakaian khusus
sekolah.
Pakaian seragam sekolah
harus memenuhi norma kesusilaan, kesopanan dan kesederhanaan. Pakaian seragam
sekolah dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, tenggang rasa, persatuan dan
nasionalisme serta cinta terhadap budaya daerah. Ketentuan model pakaian
seragam sekolah dan atribut diatur lebih lanjut dengan keputusan kepala sekolah
terkait serta keputusan dari dinas pendidikan derah setempat.
d.
Manfaat Siswa
Diseragamkan
Manfaat siswa
menggunakan seragam sekolah adalah agar secara psikologi mereka biasa hidup
disiplin mengikuti aturan yang ada, mengurangi terjadinya persaingan yang tidak
sehat dalam berpakaian baik itu mode, kualitas dan harga bahan pakaian (www.kr.co.id). Warna yang sama dalam suatu unit/sekolah bisa
mengeliminasi konsentrasi serta perhatian siswa dalam menerima pelajaran di
kelas. Demikian halnya dengan seragam yang sama warnanya dan kualitas bahan
pakaian, diharapkan menimbulkan rasa kebersamaan dalam memiliki serta rasa
persaudaraan senasib.
Dengan pakaian seragam
bisa membangkitkan jiwa disiplin untuk berperilaku bahwa hidup itu ada aturan
yang harus ditaati baik itu aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berupa
adat istiadat, budaya dan sopan santun. Jadi, disinilah salah satu manfaat
siswa di sekolah memakai seragam sekolah dan
menggunakan identitas diri yang diperlukan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Didikan seperti ini yang diharapkan bagi siswa agar kelak
setelah menjadi pemimpin bangsa mereka bisa mempertahankan identitas diri dan
negaranya darim pengaruh budaya luar yang tidak sejiwa dengan bangsanya.
e.
Upaya
Meningkatkan Kedisiplinan Berpakaian Seragam Sekolah
Perlunya meningkatkan kedisiplinan
dalam berseragam sekolah, karena dengan hal tersebut akan membentuk karakter,
kepribadian yang dan tingkah laku yang kuat dan baik pada siswa.
Menurut
Singgih D.Gunarso (1989: 82) ada 3 ( tiga ) hal yang harus diperhatikan dalam
cara menanamkan disiplin yaitu sebagai berikut :
1). Disiplin yang bersifat otoriter,
yaitu disiplin yang diterima orang tuanya,
guru dan orang lain yang lebih dewasa. Cirinya antara lain : hukuman yang
diberikan kadang-kadang kejam dan tidak diberi ganjaran walaupun tingkah laku
yang dikerjakan baik.
2). Disiplin yang bersifat
demokratis, yaitu : disiplin yang banyak dijumpai pada anak- anak atas kelompok remaja. Jenis-jenisnya
dapat berupa kelompok sekolah, kelompok olah raga serta jenis aktivitas
lainnya.Hukuman selalu dihubungkan dengan kesalahan yang diperbuat ganjaran
selalu diberikan kepada suatu perbuatan yang baik.
3). Disiplin yang bersifat
pengertian atau bebas, yaitu disiplin ini tidak perlu adanya peraturan yan
harus dibuat, seseorang di beri kebebasan untuk mengerjakn apa yang dianggap
benar. Tidak ada hukuman maupun ganjaran, karena tidak ada aturan yang harus
ditepati.
Sedangkan upaya-upaya untuk
mendisiplinkan berpakaian di sekolah dapat dilakukan dengan cara :
1)
Menyusun/membuat
jadwal guru piket yang setiap hari/pagi berada
di pintu gerbang yang salah satu tugasnya mengawasi dan mengingatkan bagi siswa
yang tidak disiplin dalam berpakaian seragam sekolah.
2)
Diadakan
operasi/razia secara berkala oleh wali kelas, kesiswaan dan guru BK khususnya
untuk pakaian seragam sekolah.
3)
Untuk
siswa yang sudah berkali melakukan pelanggaran meskipun sudah diperingatkan
dilakukan bimbingan/pembinaan baik oleh wali kelas, kesiswaan, guru BK (konseling)
dan bahkan sampai pemanggilan orang tua.
4)
Apabila
langkah tersebut tidak berhasil maka siswa dan orang tua supaya membuat surat
pernyataan atau perjanjian.
2.
Layanan
Bimbingan Kelompok
a)
Pengertian Bimbingan Kelompok
Di sekolah ada beberapa layanan yang diterima
oleh peserta didik atau siswa salah satunya adalah layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok diberikan dalam bentuk kelompok sedangkan untuk
pemecahan masalahnya melalui dinamika kelompok.
Menurut Achmad Juntika Nurihsan ( 2010 : 23 ),
bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam
situasi kelompok.Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau
aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan
sosial. .Sedangkan menurut Sukiman ( 2011 : 98 ) layanan bimbingan kelompok
merupakan layanan yang diselenggarakan dengan mengaktifkan dinamika kelompok
untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi.
Sementara itu, menurut Tohirin dalam Nidya
Damayanti (2012:40)
mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai suatu cara memberikan bantuan
kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelomok. Dalam bimbingan kelompok
merupakah sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang
diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya
sendiri.
Sedangkan menurut Sukiman ( 2011: 196 ) dalam
Banun Sri Haksasi bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sejumlah konseli / klien pada waktu
yang sama. Jumlahnya dapat bervariasi, yang ideal maksimal 6 anak, meskipun
biasanya berkisar antara 4 sampai 8 orang.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat dipahami bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu
jenis layanan bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada siswa melalui
kegiatan kelompok agar siswa memperoleh sejumlah informasi yang dapat berguna
untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi serta menunjang
perkembangan optimal pribadi siswa.
b)
Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara
sumber ( terutama dari Guru Pembimbing ) yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan
masyarakat. Bahan yang dimaksud itu juga dapat dipergunakan untuk sebagai acuan
mengambil keputusan.Juga dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak
untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan
topic-topik yang penting , mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan
mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas
di dalam kelompok ( Prayitno, 1997 : 99 ).
Adapun
tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai
berikut:
1) Untuk mengembangkan potensi atau kepribadian,
antara lain: berani berbicara di muka umum, berani mengeluarkan pendapat, mampu
menyampaikan gagasan, bertenggan rasa, serta dapat mengembangkan bakat dan
minat.
2) Pembahasan masalah atau topik-topik umum
secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota kelompok.
3) Untuk memperleh pemahaman baru dari
topik-topik yang dibahas.
c. Manfaat Bimbingan Kelompok
Manfaat bimbingan kelompok menurut Ketut Dewa
Sukardi dalam Nidya Damayanti (2012:42) adalah sebagai berikut:
1) Diberikan kesempatan yang luas untuk
berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitanya.
2) Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat dan
cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan.
3) Menimbulkan sikap positif terhadap keadaan
diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka
bicarakan dalam kelompk.
4) Menyusun program-program kegiatan untuk
mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan
langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.
d. Bentuk-Bentuk Bimbingan Kelompok
Konselor
atau guru pembimbing harus menilai dan melihat klien atau siswanya sehingga
dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok secara tepat. Ada beberapa bentuk
bimbingan kelompok menurut Tahirin dalam Nidya Damayanti (2012: 42-45) antara
lain sebagai berikut:
1).
Program Home Room
Program ini dilakukan di luar jam
pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah
sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut,
siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana
keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya
secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien.
2). Karyawisata
Karyawisata
dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang
menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi
yang mereka butuhkan.
3). Diskusi kelompok
Diskusi
kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk
memecagkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan
untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin
diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan
demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri.
4). Kegiatan kelompok
Kegiatan
kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok
dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi
secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan
secara kelompok.
5). Organisasi Siswa
Organisasi
siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madarasah dapat menjadi salah satu
teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak
masalah-masalah siswa yang baik sifatnya individual maupun kelompok dapat
dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa memperoleh kesempatan mengenal
berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan siswa dalam organisai siswa dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga
diri siswa.
6). Sosiodrama
Sosiodrama
merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah
yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Metide ini dilakukan melalui
kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran
tertentu dari situasi masalah sosial.
7). Psikodrama
Pada
psikodrama, yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu.
8).Pengajaran Remedial
Pengajaran
remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan
kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang
dihadapinya. Pengajaran remedial merupakan salah satu teknik pemberian
bimbingan yang dapat dilakukan secara individiu maupun kelomok tergantung
kesilitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
e.
Tahap-Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Tahap
Pembentukan
a)
Ucapan
salam
b) Doa bersama
c) Mengungkapkan pengertian bimbingan kelompok.
d) Mengungkapkan tujuan bimbingan kelompok.
e) Menjelaskan cara-cara pelaksanaan bimbingan
kelmpok
f) Menjelaskan asas-asas kegiatan bimbingan
kelompo.
g) Saling memperkenalkan diri (bila belum kenal)
dan atau permainan atau nyanyian penghangatan (pengakraban).
2. Tahap Peralihan
a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada
tahap berikutnya.
b) Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah
siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya.
c) Mempelajari dan membahas suasana yang terjadi
dalam kelompok.
d) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
e) Jika perlu, kembali pada aspek tahap pertama.
1. Tahap Kegiatan Kelompok Tugas
a) Pemimpin kelmpok mengemukakan suatu masalah
atau topik.
b) Tanya jawab antara anggota dan pemimpin
kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik
yang dikemukakan pemimpin kelompok.
c) Anggota membahas masalah atau topik secara
mendalam dan tuntas.
d) Kegiatan selingan (bisa nyanyian, bermain
dsb).
2. Tahap Kegiatan Kelompok Bebas
a) Masing-masing anggota secara bebas mengemukaan
masalah atau topok bahasan.
b) Tanya jawab hal-hal yang dipahami.
c) Menetapkan masalah atau topik yang akan
dibahas lebih dahulu.
d) Anggota membahas masalah atau topik secara
mendalam dan tuntas.
e) Kegiatan selingan.
3. Tahap Pengakhiran
a) Pemimpin kelomok mengemukakan bahwa kegiatan
akan segera diakhiri.
b) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan
kesan dan hasil-hasil kegiatan.
c) Membahas kegiatan lanjutan.
d) Mengemukakan kesan dan pesan.
B.
Kerangka Berpikir
Secara garis besar, setiap permasalahan memerlukan upaya tetentu untuk memahami dan
mencari solusinya. Metode tersebut dikonsepkan menjadi sebuah kerang berpikir
yang menentukan batasan-batasan konseptual teoritik untuk memahami dan mencari
solusi suatu permasalahn. Oleh karena itu, dalam bagian ini dipaparkan kajian,
baik pengalaman peneliti sebagai pelaku penelitian sendiri yang relevan maupun
teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai literatur. Argumen ilmiah dan
teoritik
diperlukan guna menyusun kerangka kopnseptual. Dalam kaitan dengan
penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang penulis lakukan, kerangka konseptual teoritik
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
|
Kondisi Awal
|
|
1.
Guru
pembimbing belum memberikan layanan bimbingan kelompok
2.
Kedisiplinan
berpakaian seragam OSIS rendah.
|
|
Tindakan
|
|
Guru pembimbing memberikan layanan bimbingan
kelompok
|
|
SIKLUS
1
-
Memberikan motivasi
- Pemberian tugas kelompok
|
|
SIKLUS
2
-
Pemberian motivasi
- Pemberian tugas
- Presentasi hasil kelompok
|
|
Kondisi Akhir
|
|
Terjadi peningkatan kedisiplinan berpakaian
seragam Sekolah pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru Semester II Tahun
Pelajaran 2012 / 2013
|
Gambar.2.1.
Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis
Tindakan
Sebelum melakukan penelitian
bimbingan dan konseling ini, berdasarkan
kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis tindakan yaitu:
“ Melalui layanan Bimbingan
Kelompok dapat Meningkatkan Kedisiplinan Berpakaian Seragam Sekolah pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Weru Semester
II Tahun Pelajaran 2012 / 2013 “.