Minggu, 14 Agustus 2016

Bab II: PENINGKATAN PEMAHAMAN PERILAKU HIDUP SEHAT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI I GROGOL TAHUN AJARAN 2012 /2013



PENINGKATAN PEMAHAMAN PERILAKU HIDUP SEHAT MELALUI  LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK  PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI I GROGOL
TAHUN AJARAN 2012 /2013

 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Perilaku Hidup Sehat
1.     Pengertian Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang diamati langsung maupun tidak langsung dapat diamati oleh pihak luar.
Skiner seorang ahli Psikologi seperti yang dikutip Notoatmojo (2003), menyatakan bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulus yang diterima dari luar. Oleh karena ada stimulus tersebut, maka terjadi perilaku pada organisme tersebut yang merupakan respon. Sehingga teori ini dimanakan “ S – O – R “ atau “ Stimulus – Organisme – Respon “ . Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
a.      Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Seseorang dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus masih terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian , persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b.     Perilaku Terbuka ( Overt Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

2.     Pengertian Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner pada pembahasan sebelumnya, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan dan minuman serta lingkungan ( Notoatmojo, 2005). Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a.      Perilaku pemeliharanaan kesehatan.
Perilaku ini terdiri dari tiga aspek yaitu perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat dan perilaku gizi makanan dan minuman
b.     Perilaku pencarian atau penggunaan fasilita pelayanan kesehatan.
Perilaku ini merupakan tindakan yang dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
c.      Perilaku kesehatan lingkungan.
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan terhadap stimulus yang diterima, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan adalah upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola lingkungannya sehingga tidak menyebabkan sakit baik bagi dirinya sendiri maupun anggota keluarga yang lain serta masyarakat.

3.     Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok masyarakat yang sesuai dengan norma norma kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal, menolong dirinya sendiri dan berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.

4.     Sekolah sebagai salah satu tatanan PHBS dan Target Promosi Kesehatan
Sekolah sebagai suatu tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan melakukan aktifitas lainnya. Sebagai tatanan PHBS indikator yang harus diamati dikelompokkan menjadi 2 yaitu perilaku dan lingkungan. Indikator perilaku meliputi : 1) kebersihan pribadi, 2) tidak merokok, 3) olah raga teratur dan 4) tidak menggunakan Napza. Sedangkan dari segi lingkungan meliputi : 1) ada jamban, 2) ada air bersih, 3) ada tempat sampah, 4) ada saluran pembuangan air limbah (SPAL), 5) ventilasi, 6) kepadatan, 7) ada warung sehat, 8) ada UKS dan 9) ada taman sekolah.
Pendidikan kesehatan sekolah komprehensif yang dikembangkan oleh WHO, UNESCO dan UNICEF tahun 1992, mengidentifikasi lima keuntungan yaitu :
  1. Bukti yang kuat menunjukkan adanya keterkaitan antara status kesehatan dan prestasi belajar. Hal ini membuktikan bahwa kesehatan dan pendidikan memiliki kaitan yang erat.
  2. Hasil penelitian menunjukkan salah satu determinan penting  kesehatan seorang anak adalah tingkat pendidikan ibunya. Oleh karenanya dengan meningkatkan pendidikan calon ibu (anak perempuan di sekolah) pada akhirnya akan memberikan dampak positif di masa yang akan datang.
  3. Sekolah merupakan tempat yang penting untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk siswa, keluarga dan masyarakat secara luas.
  4. Hubungan antara proses belajar di sekolah dan perilaku kesehatan di luar sekolah perlu ditingkatkan
  5. Pendidikan ketrampilan hidup membantu para siswa untuk berfikir kritis tentang kesehatan dan isu-isu sosial, mencari pemecahan masalah kesehatan oleh semua pihak dan menyediakan mereka ketrampilan untuk dapat berperan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat.
5.      Beberapa kegiatan  yang perlu dilakukan di sekolah
                    Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mendukung terlaksanakan PHBS di tatanan sekolah melalui Program promosi kesehatan yang komprehensif antara lain :
a.      Peningkatan program pelayanan kesehatan yang sudah melalui kegiatan lintas sektor.  
Kegiatan pelayanan kesehatan yang sudah ada saat ini adalah usaha kesehatan sekolah. Pembinaan dari sektor terkait maupun pelayanan kesehatan secara langsung di sekolah oleh Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebaiknya terus ditingkatkan.
b.     Pendidikan kesehatan bagi siswa
Pendidikan kesehatan hendaknya menjadi bagian yang terintegrasi dengan program pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penekanan-penekanan ke arah praktis pelaksanaan PHBS pada saat penyampaian materi-materi yang tertuang dalam kurikulum sekolah.
c.      Terciptanya lingkungan sekolah yang sehat
Secara fisik lingkungan sekolah yang sehat dapat diciptakan melalui perencanaan fisik oleh pihak sekolah sehingga indikator-indikator dalam PHBS dapat terpenuhi. Seperti ventilasi, tersediaya jamban, adanya taman sekolah dan lain-lain.
d.     Terciptanya promosi kesehatan sekolah dan masyarakat yang terintegrasi
Sikap dan perilaku siswa di sekolah sudah tentu akan terkait pula dengan perilaku mereka di luar sekolah. Jadi promosi kesehatan yang dilakukan disekolah hendaknya juga terintegrasi dengan promosi kesehatan yang ada di luar sekolah atau di masyarakat
e.      Pendidikan jasmani (kegiatan fisik) di sekolah
Pendidikan jasmani yang terkait dengan kegiatan fisik sudah seharusnya menjadi penekanan bagi siswa. Informasi yang perlu ditekankan adalah pentingnya melakukan aktifitas fisik secara teratur untuk menjaga kebugaran siswa dan mencegah terjadinya kejadian gizi lebih (obesitas) pada siswa.
f.      Pelayanan makanan di sekolah
Sekolah hendaknya dapat menjadi lingkungan yang baik dimana siswa dapat belajar tentang praktek makan yang sehat. Hal ini dapat terwujud jika di sekolah tersedia warung sehat sesuai dengan salah satu indikator PHBS. Makanan yang dijual di sekolah hendaknya makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu siswa hendaknya juga dididik agar kritis dalam memilih makanan yang dibelinya.
g.     Konseling kesehatan di sekolah
Kebutuhan informasi kesehatan hendaknya terpenuhi dengan tersedianya konseling kesehatan di sekolah. Konseling kesehatan ini dapat diberikan kepada siswa, guru, staf sekolah serta orang tua siswa yang membutuhkan.
h.     Promosi kesehatan bagi para guru dan staf sekolah
Hal penting lain yang perlu dilakukan pihak sekolah adalah turut aktif meningkatkan kesadaran para guru dan staf sekolah agar lebih peduli dengan pentingnya pelaksanaan PHBS di tatanan sekolah. Karena bagaimanapun guru adalah pihak yang paling dipercaya oleh siswanya sehingga menjadi teladan bagi para siswanya.
Guna mewujudkan kedelapan hal diatas tidak terlepas dari kerjasama yang baik yang mesti diwujudkan oleh pihak-pihak yang semestinya terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah yakni para siswa, pengelola sekolah (kepala sekolah, para guru dan staf), orangtua siswa, Pusat Kesehatan masyarakat, serta komponen masyarakat yang langsung bersentuhan dengan program di sekolah. (http://www.depkes.go.id/downloads/Phbs.Pdf)
B.    Layanan  Bimbingan  Kelompok
A.  Pengertian Bimbingan
Secara harfiah kata bimbingan berasal dari bahasa Inggris “ Guidance”. Akar kata dari Guidance adalah Guide yang artinya menunjukkan, menuntun, atau mengemudikan  ( Yusuf  & Nurihsan : 2008).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28/90. “ Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Sedangkan menurut Munandir dalam Miller (1994) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai proses bantuan yang diberikan kepada individu agar mencapai pemahaman diri dan penguasaan diri sehingga mampu melakukan penyesuaian diri secara efektif di sekolah di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu upaya untuk membantu individu (siswa) agar memperoleh pemahaman dan pengarahan diri yang diperlukan untuk penyesuaian dirinya dengan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sehingga pada akhirnya akan menemukan pilihan yang tepat dalam mengembangkan dirinya secara optimal.


B.  Jenis Jenis Layanan dalam Bimbingan Konseling
Bebagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap sasaran layanan, yaitu siswa. Layanan dan kegiatan pokok tersebut :
a.      Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa (terutama orangtua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru, untuk mempermudah dan memperlancar peran siswa di lingkungan yang baru.
b.     Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa (terutama orangtua) menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.
c.      Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat sesuai dengan potensi, bakat  dan minat.
d.     Layanan bimbingan Pembelajaran, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
e.      Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mendapat layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan permasalahannya.
f.      Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan atau pengambilan keputusan.
g.     Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pemecahan permasalahan melalui dinamika kelompok.

C.  Pengertian Bimbingan Kelompok
         Kegiatan bimbingan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Dalam situasi tertentu dimana suatu masalah tidak dapat ditangani secara individual, maka situasi kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan bagi siswa. Yang menjadi sasaran dalam bimbingan kelompok pada hakikatnya tidak berbeda dengan proses bimbingan individu.
Menurut Surya dan Natawidjaja (1986) bimbingan kelompok merupakan teknik bimbingan dengan menggunakan pendekatan kelompok dalam upaya memberikan bantuan kepada individu.
Prayitno (1995) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Semua peserta dalam kegiatan  kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran dan lain sebagainya. Hal hal yang dibicarakan dalam kelompok semua bermanfaat bagi peserta . Nurikhsan (2006) mengungkapkan hal yang berbeda bahwa bimbingan kelompok diartikan sebagai bantuan terhadap individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi maupun aktifitas kelompok membahas masalah masalah belajar, karir, pribadi dan sosial. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan untuk membantu siswa dalam situasi kelompok untuk mengembangkan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir dan pengambilan keputusan melalui dinamika kelompok.

D.  Tujuan Bimbingan Kelompok
Prayitno (1995) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok antara lain :
a.       Mampu berbicara di depan orang banyak.
b.       Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lainnya kepada orang banyak.
c.       Belajar menghargai pendapat oranglain.
d.       Bertanggungjawab atas pendapat yang dikemukakan..
e.       Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi
f.        Dapat bertenggang rasa.
g.       Membahas masalah atau topik umum yang dirasa menjadi kepentingan bersama.

E.  Tahap tahap bimbingan Kelompok
Pada umumnya terdapat empat tahap bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan Prayitno (1995), yaitu tahap pembentukan , tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Selain keempat tahap ini, masih ada tahap yang disebut dengan tahap awal. Tahap awal berlangsung sampai berkumpulnya calon  anggota kelompok  dan dimulainya tahap pembentukan. Tahap tahap ini merupakan suatu kesatuan dari seluruh kegiatan kelompok. Berikut ini dijelaskan masing masing.
a.   Tahap Pertama : Pembentukan
 Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap melibatkan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau  harapan – harapan yang ingin dicapai oleh masing – masing anggota. Tahap ini merupakan masa keheningan. Para anggota mulai mempelajari perilaku dasar seperti : menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan. Dalam tahap ini anggota kelompok mulai belajar untuk terlibat dalam  interaksi kelompok. 
Prayitno (1995) menyatakan bahwa kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal adalah sebagai berikut :
1.     Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok.
2.     Menjelaskan cara – cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok.
3.     Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.
4.     Permainan penghangatan / pengakraban.
b.   Tahap Kedua : Peralihan
     Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Karakteristik tahap peralihan ditandai dengan perasaan khawatir, bertahan dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri sehinggaanggota lain bisa mendengarkan.
     Menurut Prayitno (1995) kegiatan kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a.     Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh.
b.     Menawarkan atau mengamati kesiapan para anggota menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya.
c.      Membahas suasana yang terjadi.
d.     Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
e.     Apabila diperlukan kembali ke beberapa aspek tahap pertama.
      
c.   Tahap Ketiga : Kegiatan
  Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek aspek yang menjadi isi pengiring cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggungjawab atas kehidupan mereka.
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah :
1.     Masing masing anggota secara bebas mengemukakan pendapat topik/ masalah.
2.     Menetapkan  topik masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.
3.     Anggota membahas masing masing topik masalah secara mendalam dan tuntas.
4.     Kegiatan selingan. 
5.   Tahap Keempat :  Pengakhiran
Tahap ini merupakan tahap konsolidasi dan terminasi. Perhatian utamaadalah bukan pada berapa kali kelompok itu harus bertemu namun pada hasil yang telah dicapai oleh  kelompok ketika menghentikan permainan atau latihan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1.    Pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2.   Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan  kesan dan hasil hasil kegiatan.
3.   Membahas kegiatan lanjutan.
4.   Mengemukakan pesan dan harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar