PEMANFAATAN
MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR
DAN RASA PERCAYA DIRI SISWA VII B
SMP ISLAM ALHADI
MOJOLABAN
TAHUN 2012/2013
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
KAJIAN
TEORITIS
1.
Media
Pembelajaran
a. Pengertian
media pembelajaran
Pengertian
media seringkali disalahtafsirkan dengan sarana peralatan pendukungnya. Kata
media, berasal dari bahasa latin ‘medius’ dan merupakan bentuk jamak
dari medium yang bermakna perantara atau mengantar. Dalam bahasa Arab, media
sering disebut dengan ‘wasail’ yang merupakan bentuk jamak dari ‘wasilah’
yang juga bersinonim dengan ‘Al wasth’ yang artinya ‘tengah’. Kata
‘tengah’ bermakna berada di antara dua sisi, maka bisa juga disebut dengan
‘perantara’ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut.
Karena posisinya berada di tengah, maka ia juga bisa disebut sebagai pengantar
atau penghubung, yakni sesuatu yang menghubungkan, mengantarkan atau
menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya. (Yudhi Munadi:
2008).
Sementara
itu, Rahardjo (1988) mengutip beberapa pengertian media yang disampaikan oleh
beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Information carrying technologies that can be used for instruction…the media of instruction, consequently are extensions of the teacher (Wilbur Schramm, 1977).
2. Printed and audiovisual forms of communication and their accompanying technology (NEA, 1969).
3. The physical means of conveying instructional content…books, films, videotapes, slide-tapes, etc (Leslie J. Briggs, 1977)
Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar mengajar.
Bila karena satu dan lain hal media tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan yang diharapkan, maka ia tidak efektif dalam arti tidak mampu mengkomunikasikan isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada sasaran yang ingin dicapainya. Oleh sebab itu, dalam mendesain pesan untuk suatu media, harus diperhatikan ciri-ciri atau karakteristik dari sasaran/penerima pesan (umur, latar belakang sosial budaya, pendidikan, keadaan jasmani, dan lain sebagainya) dan kondisi belajar, yaitu faktor-faktor yang dapat merangsang atau mempengaruhi timbulnya kegiatan belajar mengajar.
b. Jenis Media Pembelajaran
Media
pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng sederhana dan murah
hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada
yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung
dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
Rudy Bretz
(1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan
gerak):
a.
Media audio
b.
Media cetak
c.
Media visual diam
d.
Media visual gerak
e.
Media audio semi gerak
f.
Media visual semi gerak
g.
Media audio visual diam
h. Media
audio visual gerak
Schramm
(1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks
(film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks).
Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal
(liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya
seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk
perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich,
dkk menggolongkan:
a.
media yang tidak diproyeksikan media yang diproyeksikan
b.
media audio
c.
media video
d.
media berbasis komputer
e.
multi media kit.
2.
Media Video
a. Pengertian Video
Video sebenarnya berasal dari bahasa
Latin, video-vidi-visumyang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan);
dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan
gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada
pesawat televisi. Senada dengan itu, Peter Salim dalam The Contemporary
English-Indonesian Dictionary(1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang
berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan
dua definisi tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan “the storage
of visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman
gambar dan penanyangannya pada layar televisi).
Dari beberapa definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat,
utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan
penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi. Karenanya, banyak orang yang
memahami video dalam dua pengertian:
1. Sebagai rekaman gambar hidup yang
ditayangkan (di sini video sama dengan film, dan pada makalah ini penyebutan
video seringkali dipakai bergantian dengan film). Aplikasi umum dari video
adalah televisi atau media proyektor lainnya;
2. Sebagai teknologi, yaitu teknologi pemrosesan sinyalelektronik mewakilkan gambar bergerak. Di
sini istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari videotape, dan juga perekam video dan pemutar video (http://id.wikipedia.org/wiki/Video, diakses 30 Maret 2009).
Video, dilihat sebagai media
penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar
(setyosari & Sihkabuden, 2005: 117). Media audio visual dapat dibagi
menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar
dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media
audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk
jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya
yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008: 113)
b. Kelebihan
dan Kekurangan Media Video Pembelajaran
Ada
banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media pembelajaran di antaranya
menurut Nugent (2005) dalam Smaldino dkk. (2008: 310), video merupakan media
yang cocok untuk pelbagai milliu pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil,
bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari
kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya
televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang
berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu
memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara
langsung pada kebutuhan siswa.
Selain
itu, menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video multi-suara bisa
ditujukan bagi beragam tipe pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka bahasa
untuk menjelaskan isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan kemampuan
memperlihatkan suatu objek dari pelbagai sudut pandang yang berbeda. Disc juga
memberikan fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik, jejak atau
kode-waktu untuk pencarian yang lebih cepat.
Video
juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar, dan setiap
ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah kognitif,
pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu
dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak
di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video,
setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi
ajar.
Pada
ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan
penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari
potensi emosional impactyang dimiliki oleh video, di mana ia mampu secara
langsung membetotsisi penyikapan personal dan sosial siswa. Membuat mereka
tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya
menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka
pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau sebaliknya pemihakan kepada
yang tertindas.
Pada
ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana
sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemons-trasikan bagaimana tatacara merangkai
bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau memasak pada pelajaran tataboga
dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa lebih simpel, mendetail, dan bisa
diulang-ulang. Video pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga
memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja
praktikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.
Sedangkan
pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, video memberikan kesempatan
pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah mereka saksikan secara
berjama’ah. Misalnya tentang resolusi konflik dan hubungan antar sesama, mereka
bisa saling mengobservasi dan menganalisis sebelum menyaksikan tayangan video.
Lebih
dari itu, manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film dalam
meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya adalah
(Munadi, 2008: 127; Smaldino, 2008: 311-312):
1.
Mengatasi jarak dan waktu
2.
Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara
realistis dalam waktu yang singkat
3.
Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara
lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
4.
Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan
5.
Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
6.
Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa
7.
Mengembangkan imajinasi
8.
Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan
yang lebih realistic
9.
Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan
realitas sosial yang akan dibedah di dalam kelas
10.
Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing
kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.
Selain kelebihan, video/film juga memiliki kekurangan, di
antaranya: sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu
menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut;
pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi
guru, maaf, dengan gaji pas-pasan di negeri ini; dan penanyangannya juga
terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta
LCDnya, dan lain-lain.
c. Piranti
Video
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, video merupakan teknologi pemrosesan sinyal elektronik
yang meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video
adalah playback, storage media (seperti pita magnetik dan disc), dan monitor.
Nah, agar mampu memanfaatkan video sebagai alternatif media untuk pembelajaran,
ada baiknya kita mengetahui piranti media video ini, di antaranya:
a. Video Pita Magnetik (Video Tape
Recorder [VTR], Video Cassette Recorder [VCR], dan Mini-DV)
b. Video Disc, Video Compact Disc (VCD)
Digital Video/Versatile Disc (DVD)
c. Handycam
3.
Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal
dari Bahasa Inggris ”motivation” yang
berarti ”dorongan”. Kata kerjanya adalah
to motivate yang berarti mendorong,
menyebabkan dan merangsang. Perkataan motivasi berpangkal dari kata motiv,
yang diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu atau dapat juga dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu
demi mencapai tujuan
Motivasi merupakan
tenaga dari dalam diri individu atau manusia yang mendorongnya untuk bertindak,
serta proses yang berlangsung dalam diri seseorang untuk bertindak. Motivasi
menyangkut reaksi berantai yaitu dimulai
dari keinginan yang dirasakan, lalu timbul keinginan atau sasaran yang hendak
dicapai, kemudian menyebabkan usaha
untuk mencapai tujuan yang berakhir dengan pemuasan
Dalam kegiatan
belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar yaitu: motivasi yang diterapkan dalam kegiatan
belajar. Jadi motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu
demi mencapai satu tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang
dilakukan. Ini merupakan usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan
motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan ke arah tujuan–tujuan belajar.
b.
Jenis-jenis
motivasi
Motivasi dapat
dibedakan atas motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Yang dimaksud
dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar
individu.
Motivasi belajar
secara instrinsik sebenarnya telah ada di dalam diri manusia, yang memandang bahwa segala tindakan manusia,
termasuk belajar, adalah karena terdapatnya tanggung jawab internal pada diri
manusia itu. Manusia dalam sudut pandang teori ini, mamang termasuk mahluk yang
baik, tinggi tanggung jawabnya, suka bekerja termasuk belajar, tinggi militansi
kerja atau belajarnya, dan selalu inggin berprestasi.
Sungguhpun
demikian, rekayasa lingkungan perlu diberikan agar seseorang tetap belajar.
Rekayasa lingkungan antara lain dapat berupa motivasi ekstrinsik. Hal
ini perlu diberikan karena seseorang tidak senantiasa berada dalam keadaan
menetap. Melemahnya motivasi intrinsik perlu dikatrol dengan mengunakan
motivasi ekstrinsik.
c.
Ciri
motivasi dalam pembelajaran
Ada beberapa ciri
siswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat tinggi. Ini
dapat melalui proses belajar mengajar di kelas, seperti:
1.
Tertarik
kepada guru.
2.
Tertarik
pada mata pelajaran yang diajarkan
3.
Mempunyai
antosias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru.
4.
Ingin
selalu bergabung dalam kelompok kelas
5.
Ingin
identitas dirinya diakui oleh orang lain
6.
Tindakan,
kebiasaan, dan moralnya selalu dalam kontrol diri
7.
Selalu
mengingat pelajaran dan mempelajarinya
kembali
8.
Selalu
terkontrol oleh lingkungan
Terlepas dari
ciri-ciri motivasi di atas, ada beberapa ciri motivasi yang ada pada diri
seseorang adalah sebagai berikut: Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat
bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan dan
tidak muda putus asa, tak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukan
minat yang besar terhadap masalah-masalah belajar, lebih suka belajar sendiri,
tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin,
dapat mempertahankan pendapatnya, dan senang mencari dan memecahkan
masalah.
d.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Sebagaimana yang disebutkan pada bagian depan, bahwa
motivasi sangat krusial dalam belajar dan pembelajaran. Akan tetapi motivasi
belajar tersebut juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Ciri-ciri Pembelajaran
Setiap
manusia senantiasa mempunyai ciri-ciri tertentu dalam hidupnya, termasuk
pembelajaran, yang senantiasa ia kejar dan ia perjuangkan. Bahkan tidak jarang
meskipun rintangan yang ditemui sangat banyak tetapi tetap berusaha semaksimal
mungkin untuk dapat mencapai apa yang ia cita-citakan.
2.
Kemampuan
Pembelajaran
Kemampuan
manusia satu dan lainnya tidaklah sama. Menuntun seseorang sebagai mana orang
lain dari bingkai penglihatan tidaklah dibenarkan. Sebab, orang yang mempunyai
kemampuan yang rendah sangatlah sulit untuk menyerupai orang yang berkemampuan
tinggi, begitu pula sebaliknya.
3.
Kondisi
Pembelajaran
Kondisi
pembelajaran, baik yang bersifat fisik maupun psikis, sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar seseorang sebab apabila kondisi fisik seseorang dalam
keadaan lelah, maka motivasi belajarnya
akan menurun, sedangkan apabila kondisi psikologis seseorang terganggung
(stres), maka seseorang tidak bisa mengkonsentrasikan diri terhadap hal-hal
yang dipelajari.
4.
Kondisi
Lingkungan Pembelajaran.
Sudah
diketahui umum bahwa yang menentukan motivasi belajar seseorang, selain faktor
individu juga faktor lingkungan, lebih-lebih lingkungan belajar. Sebab,
individu secara sadar atau tidak, senantiasa tersosialisasi oleh lingkungannya.
5.
Unsur-Unsur
Dinamis Belajar
Pembelajaran
Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran seperti: motivasi dan upaya memotivasi
siswa untuk belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, dan kondisi subjek
belajar sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar seseorang
6.
Upaya
Guru Dalam Membelajarkan
Pembelajaran
Upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Guru yang sungguh-sungguh dan tinggi gairahnya dalam
membelajarkan pembelajaran, akan menjadikan pembelajaran juga bergairah
belajar.
Jelaslah bahwa, dalam setiap usaha atau kegiatan
manusia dimana dan kapan saja, tak
selamanya menempuh jalan mulus seperti yang diharapkan. Di satu sisi, manusia
menginginkan suatu kesuksesan gemilang, namun di sisi lain harapan manusia
selalu saja menemukan hambatan-hambatan. Demikian pula dalam kegiatan belajar
mengajar, sangat banyak kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dihadapi
guru dalam membelajarkan siswa.
e.
Fungsi
motivasi dalam belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar sengat diperlukan adanya
motivasi. Hasil belajar akan menjadi
optimal kalau ada motivasi. Makin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para sisiwa.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat
2. Menentukan arah perbuatannya, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai
3.
Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan.
Di
samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain seperti mendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
4. Percaya
Diri
a.
Pengertian
Percaya Diri
Enung
Fatimah (dalam Khusnia, S., & Rahayu, S. A, 2010) mengartikan kepercayaan
diri sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan
atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang
menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri memang tidak terbentuk dengan
sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang (Loekmono, 1983).
Secara
definitif, Hasan (dalam Khusnia, S., & Rahayu, S. A, 2010) menjelaskan
bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri secara
adekuat dan menyadari kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta dapat
memanfaatkannya secara tepat. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu
dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, tetapi rasa percaya diri
hanya merujuk pada adanya perasaan yakin mampu, memiliki kompetensi dan percaya
bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta
harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Dalam penelitian ini, kepercayaan
diri yang penulis maksud yaitu keyakinan akan kemampuan diri dalam
mengembangkan sikap positif dan dapat memanfaatkannya dengan tepat.
b.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Faktor-faktor
yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim (2002:121)
sebagai berikut:
1.
Lingkungan keluarga
Keadaan
keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan
setiap manusia, lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya
diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam
tingkah laku sehari-hari. Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru
bias tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam
lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai
menjadikan individu tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan
kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan
keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat menentukan baik
buruknya kepribadian seseorang.
Hakim
(2002:121) menjelaskan bahwa pola pendidikan keluarga yang bisa diterapkan
dalam membangun rasa percaya diri anak adalah sebagai berikut :
a)
Menerapkan pola
pendidikan yang demokratis
b)
Melatih anak untuk
berani berbicara tentang banyak hal
c)
Menumbuhkan sikap
mandiri pada anak
d)
Memperluas lingkungan
pergaulan anak
e)
Jangan terlalu sering
memberikan kemudahan pada anak
f)
Menumbuhkan sikap
bertanggung jawab pada anak
g)
Setiap permintaan anak
jangan terlalu dituruti
h)
Memberikan anak penghargaan jika berbuat baik
i)
Memberikan hukuman jika berbuat salah
j)
Mengembangkan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak
k)
Menganjurkan anak agar
mengikuti kegiatan kelompok di lingkungan rumah
l)
Mengembangkan hobi yang
positif
m)
Memberikan pendidikan
agama sejak dini
2.
Pendidikan formal
Sekolah
bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan
lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga di rumah.
Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya
terhadap teman-teman sebayanya.
Hakim
(2002:122) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun
melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut:
a)
Memupuk keberanian
untuk bertanya
b)
Peran guru/pendidik
yang aktif bertanya pada siswa
c)
Melatih berdiskusi dan
berdebat
d)
Mengerjakan soal di
depan kelas
e)
Bersaing dalam mencapai
prestasi belajar
f)
Aktif dalam kegiatan
pertandingan olah raga
g)
Belajar berpidato
h)
Mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler
i)
Penerapan disiplin yang
konsisten
j)
Memperluas pergaulan
yang sehat dan lain-lain
3.
Pendidikan non formal
Salah
satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh
rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri
sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika
seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum.
Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui
pendidikan non formal misalnya : mengikuti kursus bahasa asing, jurnalistik,
bermain alat musik, seni vokal, keterampilan memasuki dunia kerja (BLK),
pendidikan keagamaan dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulnya rasa
percaya diri pada diri individu yang bersangkutan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi rasa percaya diri yang lain menurut Angelis (2003:4) adalah
sebagai berikut:
1.
Kemampuan pribadi: Rasa
percaya diri hanya timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang
mampu dilakukan.
2.
Keberhasila seseorang:
Keberhasilan seseorang ketika mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan
cita-citakan akan menperkuat timbulnya rasa percaya diri.
3.
Keinginan: Ketika seseorang menghendaki
sesuatu maka orang tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat
untuk mendapatkannya.
4.
Tekat yang kuat: Rasa
percaya diri yang datang ketika seseorang memiliki tekat yang kuat untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa
percaya diri ada tiga, yaitu pertama faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang
mampu dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu yang mampu
dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat yang kuat untuk memperoleh
sesuatu yang diinginkan hingga terwujud.
Faktor
eksternal yaitu lingkungan keluarga di mana lingkungan keluarga akan memberikan
pembentukan awal terhadap pola kepribadian seseorang. Kedua, lingkungan formal
atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat kedua untuk senantiasa mempraktikkan
rasa percaya diri individu atau siswa yang telah didapat dari lingkungan
keluarga kepada teman-temannya dan kelompok bermainnya.
Ketiga,
lingkungan pendidikan non formal tempat individu menimba ilmu secara tidak
langsung belajar ketrampilan-keterampilan sehingga tercapailah keterampilan
sebagai salah satu faktor pendukung guna mencapai rasa percaya diri pada
individu yang bersangkutan.
c.
Aspek-Aspek Kepercayaan
Diri
Menurut
Lauster (1997), ada beberapa aspek dari rasa percaya diri sebagai berikut:
1.
Keyakinan akan
kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa dia mengerti
sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya.
2.
Optimis yaitu sikap
positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal
tentang diri, harapan dan kemampuan.
3.
Obyektif yaitu orang yang percaya diri
memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya,
bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
4.
Bertanggung jawab yaitu
kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi
konsekuensinya.
5.
Rasional dan realistis
yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan
mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
B.
KERANGKA BERPIKIR
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
|
![]() |
|||||||||||
|
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
Gambar
1. Kerangka Berpikir
Diskripsi
kerangka berpikir
Dalam
kondisi awal pelaksanaan pembelajaran Layanan
Pribadi Pengembangan Diri dan bimibingan konseling kelas VII B Tahun
pembelajaran 2012/2013, Guru Belum memanfaatkan media video. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode pembelajaran
ceramah bervariasi Dengan menggunakan metode ini ternyata hampir lebih dari
separo siswa kurang tertarik dan tidak terrmotivasi dalam mengikuti pelajaran,
ada siswa yang mengantuk ketika ceramah, berbicara sendiri dengan teman
sebelahnya, tidak semua bisa menyelesaikan tugas ketika diberi tugas, tidak mau
diajak berdiskusi,dan pasif.
Untuk
mengatasi motivasi belajar siswa yang
kurang, siswa tidak mengantuk atau mengobrol sendiri maka perlu adanya action
atau tindakan yang dilakukan oleh guru/peneliti
yaitu dengan penggunaan media video agar
siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatkan rasa
percaya diri yang ditunjukkan dengan tingginya tingkat antusiasme serta aktif
dalam pembelajaran Layanan Pribadi
Pengembangan Diri dan bimbingan konseling.
Penerapan
dengan memanfaatkan media video dilaksanakan dalam 1 siklus, dimana pada saat
pembelajaran layanan pribadi Layanan Pribadi Pengembangan Diri dan bimbingan
konseling siswa diputarkan film yang berisikan kisah nyata ataupun fiksi serta
slide tulisan yang di dalamnya berisikan informasi yang bisa menggugah
kesadaran siswa sehingga diharapkan dapat memacu motivasi siswa dan
meniongkatkan rasa percaya diri siswa.
Berdasarkan kerangka perpikir diatas kondisi akhir yang diharapkan adalah :
1. Diduga
melalui pemanfaatan media video untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada Layanan
Pribadi Pengembangan Diri dan Bimbingan Konseling siswa kelas VII B SMP ISLAM
AL HADI MOJOLABAN Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Diduga
melalui pemanfaatan media video untuk meningkatkan dan rasa percaya diri siswa
pada Layanan Pribadi Pengembangan Diri dan Bimbingan Konseling siswa kelas VII
B SMP ISLAM AL HADI Mojolaban Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Diduga
melalui pemanfaatan media video untuk meningkatkan motivasi belajar dan rasa
percaya diri siswa pada Layanan Pribadi Pengembangan Diri dan Bimbingan
Konseling siswa kelas VII B SMP ISLAM AL HADI MOJOLABAN Semester 2 Tahun
Pelajaran 2012/2013.
C.
HIPOTESIS
TINDAKAN
1. Melalui
pemanfaatan media video dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII
B SMP ISLAM AL HADI Mojolaban Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Melalui
pemanfaatan media video dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VII B SMP ISLAM
AL HADI Mojolaban Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Melalui
pemanfaatan media video dapat meningkatkan motivasi belajar dan rasa percaya
diri siswa kelas VII B SMP ISLAM AL HADI Mojolaban Semester 2 Tahun Pelajaran
2012/2013.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar