Rabu, 20 April 2016

REMAJA NGE"GANK"

REMAJA NGE-“GANK”

Drs. A. Sardi

Benarkah masa remaja masa yang paling indah, walau penuh dengan cobaan ? Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini ditandai dengan ciri-ciri perubahan psikis dan pertumbuhan fisik yang sangat mencolok.

Perubahan psikis yang nampak adalah jiwa eksploitasinya. Yakni ingin mencoba-coba melakukan sesuatu. Jika sesuatu itu menyenangkan, mereka akan berusaha mengulanginya. Tetapi jika sesuatu itu membuatnya sengsara, mereka akan mendendamnya. Maka wajar apabila remaja mengalami sesuatu yang membahagiakan, mereka akan mencerminkan kebahagiaannya dengan meletup-letup. Misalnya bernyanyi sepanjang hari, tertawa terbahak-bahak, berjingkrak-jingkrak. Sebaliknya, jika mereka merasa sengsara, mereka lebih memilih untuk menyendiri dengan mengunci di kamar. Muncul perasaan bahwa hidupnya tidak berarti, ingin mati, ingin “lari” dari belenggunya.

Untuk melakukan kompensasi kegembiraan dan kesedihannya, sebagian besar melakukan “curhat” kepada teman sebayanya. Jarang yang berani bercerita kepada orang tua atau orang dewasa lainnya. Alhasil, setelah didengar “curhat”-nya, lama kelamaan menjadi akrab dan merasa senasib. Terbentuklah kelompok remaja yang disebut GANK.

Banyak remaja yang merasa senang berada di gank-nya, karena dirinya merasa diterima atau merasa di”wongke”. Eksistensinya diakui.

Sebagian besar kegiatan remaja di gank menjurus pada kegiatan yang kurang baik. Perhatikan saja nama-nama gank yang tertulis di tembok pinggir jalan. OBLO (Organisasi Bocah Lali Omah), Joxzin (Joko Sinthing), Perex (Perawan Eksperimen), QIZRUH (Kami Suka Ribut Untuk Hiburan), dll.

Mengapa remaja membentuk sebuah gank ? Faktor utamanya adalah mereka merasa kurang diterima di dalam keluarga dan lingkungan sekolahnya. Keluarga yang “broken” dan banyak tuntutan. Sekolah yang penuh dengan aturan. Dll.

Bagaimana sikap Gereja sendiri menghadapi dunia remaja yang demikian ini ? Khusus di Stasi Kristus Raja Solo Baru sudah terbentuk suatu paguyuban PIR (Pendampingan Iman Remaja) dan paguyuban-paguyuban lain yang berusaha menampung remaja. Tetapi sudahkah paguyuban ini mampu menampung sebagian aspirasi remaja ? Menurut pendapat beberapa remaja yang sempat penulis minta pendapatnya, mereka “enggan” bergabung. Penyebabnya antara lain: tidak ada teman, kegiatannya membosankan (hanya itu-itu saja) dan kurang “seru”, orang tua kurang memberi dukungan.

Secara psikologis, remaja memang membutuhkan suatu tantangan-tantangan baru. Mereka senang akan kegiatan-kegiatan yang menantang, vareatif dan ekspoitatif. Tidak memandang dan peduli itu penuh dengan resiko atau tidak. 

Remaja tidak senang dijejali dengan teori-teori norma dan dogma. Untuk itu perlu diadakan kegiatan yang sesuai dengan dunianya. Tentu saja dibutuhkan pula pendamping yang mengetahui dunia remaja.

Materi pendampingan remaja perlu dikemas dalam suatu permainan atau games yang bersifat kompetitif. Tentu saja dalam permainan tersebut terkandung unsure nilai-nilai hidup yang harus diperjuangkan.

Yang tidak kalah penting adalah peran serta dan dukungan orang tua. Orang tua harus menyadari bahwa selain melakukan pendampingan remajanya menggali ilmu pengetahuan untuk bekal kemudian, juga harus menyedari bahwa pendidikan iman bagi remajanya sangatlah penting. Tak akan berarti suatu perbuatan jika tidak didasari oleh iman.

Sebagai salah satu hal yang konkrit, doronglah remajanya untuk terlibat aktif dalam suatu paguyuban yang bersedia menampung remaja. Di Stasi Kristus Raja ada beberapa paguyuban dan kegiatan yang melibatkan remaja, antara lain: lektor, misdinar, koor, tatib, persembahan, parker, dll.

Remaja adalah asset kita bersama. Generasi penerus kita. Mari kita perhatikan keberadaannya. Mari kita berikan wadah dan kesempatan berkiprah sesuai dengan kemampuannya.

Jika kita tidak mampu ikut “cawe-cawe” dengan berperan aktif membina dan mendampingi remaja. Mari kita sisipkan permohonan dalam setiap kegiatan doa untuk remaja-remaja kita agar lurus jalannya.



A.Sardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar