Sabtu, 16 April 2016

MENGEMBANGKAN CREATIVIY (C4) SISWA SD MELALUI PRAKTIK LABORATORIUM DALAM PELAJARAN SAINT



MENGEMBANGKAN CREATIVIY (C4) SISWA SD MELALUI PRAKTIK LABORATORIUM DALAM PELAJARAN SAINT

Oleh: Drs. A. Sardi

            Unsur-unsur pokok spiritualitas Carolus Boromeus dalam karya pendidikan Tarakanita terdiri dari: compassion, celebration, competence, conviction, creativity, dan community. Unsur-unsur tersebut merupakan suatu sistem yang antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan dan juga tidak bisa berdiri sendiri. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan istilah Cc5.

            Dalam pencapaian nilai suatu unsur memang tidak serta merta semua bisa dicapai melalui suatu kegiatan tertentu. Tetapi bisa dirumuskan akan unsur mana yang ditekankan, dengan tanpa mengesampingkan pencapaian unsur-unsur lainnya.

            Seperti pencapaian nilai unsur creativity, sebenarnya bisa dicapai melalui seluruh bidang pembelajaran.Tetapi pada kesempatan ini, penulis akan mencoba memaparkan, bagaimana mengembangkan kreatifitas siswa SD melalui pembelajaran  Saint.

            Pelajaran Saint diharapkan mengantar siswa untuk memiliki sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini bisa diwujudkan dalam kegiatan laboratorium. Dalam kegiatan laboratorium perlu adanya fasilitas pendukung. Sedangkan proses pengadaan fasilitas sendiri sudah termasuk kegiatan laboratorium. Agar kreativitas siswa tumbuh dan muncul, perlu tindakan guru dalam melibatkan kreativitas siswa.

            Kemampuan mengembangkan anugerah kreativitas menemukan hal-hal yang bersifat ilmiah ini akan tampak dalam:
a.      Menyumbangkan gagasan secara kreatif , waktu, dan tenaga demi pelayanan yang optimal.
b.     Cepat tanggap melihat dan memanfaatkan peluang secara positif.
c.      Menciptakan sesuatu yang baru.
d.     Memiliki banyak ide dan melaksanakan secara konkret dan sesuai tata cara lembaga.
e.      Berani berubah dan mengubah.
f.      Menggali dan mengembangkan potensi yang ada.
g.     Mengembangkan kepemimpinan dialogis, partisipasif, visioner, transformative, dan sapientia (bijaksana).
h.     Mau bertanya dan belajar dari yang lain.
i.       Menciptakan peluang terwujudnya pemberdayaan dalam komunitas pendidikan, khususnya perempuan.
j.       Memiliki semangat dan ketekunan untuk terus belajar. (Pedoman Pelaksanaan Spiritualitas CB untuk Pelayanan Pendidikan, 2080, hal.54)

Ciri Mengembangkan Kreativitas

            Seperti dikemukakan oleh Conny Semiawan, dkk (1984, hal.10) kepribadian kreatif yaitu mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif, mempunai minat yang luas, bebas dalam berfikir (tidak kaku atau terhambat), bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, percaya diri sendiri, penuh semangat, berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan), dan berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat meskipun mendapat kritik, dan berani mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).

            Untuk mengembangkan kepribadian kreatif pada diri seseorang, menurut Conny Semiawan, dapat dilakukan melalui segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

            Pengembangan kognitif, antara lain dilakukan dengan merangsang kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berfikit. Pengembangan afektif, dilakukan dengan memupuk sikap dan minat bersibuk diri secara kreatif. Sedangkan pengembangan psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan orang mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif – inovatif.

            Dari uraian tersebut cara mengembangkan kepribadian kreatif, dapat disimpulkan, orang yang kreatif umumnya berbeda dengan orang yang tidak kreatif. Misalnya, selalu bersemangat dalam bekerja, berani mengambil resiko atau keputusan, percaya diri, tidak suka meniru, memiliki daya imajinasi yang kuat, dan sebagainya.

Cara Mengembangkan Kreativitas

            Anak usia 9/10 – 11/12 tahun, mencapai suatu masa yang disebut “realisme reflektif”. Pada masa ini, sikap anak terhadap dunia kenyataan bertambah. Artinya, ia mulai berfikir terhadap realita. Keterangan guru dan ora tua tidak hanya ditelaah mentah-mentah, melainkan mulai dipertimbangkan. Keterangan berdasarkan pengalaman berganti dengan keterangan berdasarkan hasil proses berfikir sekali pun masih sederhana (Agus Sujanto, 1980, hal.73).

            Mulai sekarang timbullah keinsyafan bahwa dirinya bisa bekerja, dan ia sanggup menghasilkan prestasi dengan jalan memanipulasi dengan benda-benda di sekitarnya. Anak usia ini sangat aktif dinamis, segala sesuatu yang aktif dan bergerak akan sangat menarik minat dan perhatiannya. Lagi pula, minatnya banyak tertuju pada macam-macam aktivitas. Makin banyak berbuat, makin bergunalah aktivitas             tersebut bagi usaha mengembangkan kepribadiannya (Kartini Kartono, 1996, hal. 137 dan 141).

            Berdasarkan pendapat di atas, masa inilah ciri kepribadian kreatif mulai muncul dan merupakan masa yang tepat untuk mengembangkan kreativitasnya. Untuk itu perlu kiranya pendampingan yang tepat dari guru dan orang tua.

Proses Kreativitas

            Menurut Mortimer Feinberg (terjemahan Turman, 1979, hal.269) ada empat langkah “proses kreativitas”, yaitu:

a.     Persiapan (Penyingkapan tabir)
Pada tahap ini kita mengumpulkan bahan dasar dari kreativitas yang harus dipelihara dan ditingkatkan pemahamannya atau kesadarannya secara lebih baik, karena akan memungkinkan potensi yang lebih besar.
b.     Inkubasi (Pengeraman)
Pada masa ini Nampak kacau balau dalam proses kreatif. Salah satu yang menyebabkannya adalah ditunjukkannya perubahan-perubahan dari pengalaman baru itu. Namun apabila telah sampai pada suaru rekombinasi atau manipulasi yang cukup memadai akan terjadi suatu situasi yang sangat berarti.
c.      Iluminasi (pemahaman, menjadi terang dan jelas)
Ini merupakan titik akhir atau pemilihan akhir (kesimpulan) dari suatu proses kreatif. Perlu diketahui bahwa tingkat ini masih dalam keadaan “konsep”. Artinya, konsep akhir (kesimpulan) yang mungkin tersirat dalam catatan-catatan kecil, skema atau sket yang belum dikomunikasikan atau dilaksanakan.
d.     Verivikasi (pembuktian / pelaksanaan)
Pada tingkat ini konsep-konsep kreatif direalisasikan atau dilaksanakan, sehingga dapat menjadi suatu bahan komunikasi.

Faktor-faktor yang menghambat kreativitas

            Dalam berfikir kreatif, ada factor-faktor yang menghambat dari proses kreativitas. Hal-hal yang menghambat tersebut dapat muncul dari dalam diri sendiri atau pun dari luar. Kreativitas akan berkembang secara penuh dan lancar jika imajinasi seseorang tanpa dibatasi oleh aturan-aturan atau kewajiban-kewajiban, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
            Pengaruh internal adalah, pengaruh yang datangnya dari dalam diri sendiri, seperti tentang kesehatan jasmani dan rohani, keinginan untuk bekerja, kemahiran untuk bekerja atau keberanian/ketegasan mengambil keputusan.
            Pengaruh eksternal adalah, pengaruh yang datangnya dari luar diri sendiri, termasuk sarana, alat-alat, tempat, maupun lingkungan tempat tinggal.


Cara mendorong Kreativitas

            Orang yang kreatif pada dasarnya sama dengan orang kebanyakan, hanya perlu adanya suatu bimbingan atau dorongan dari pihak luar. Hubungan mereka dengan pihak luar untuk mendapatkan suatu input pengalaman, ilmu pengetahuan atau semangat dalam suatu pelajaran.

            Menurut Mortimer Feinberg, cara mendorong kreativitas adalah:
a.      Mengarahkan desakan terhadap tujuan: agar seseorang yang kreatif sadar akan tujuan dalam bekerja maka perlu desakan-desakan atau pengarahan yang sifatnya luwes, tak terburu-buru. Dalam hal ini memerlukan pengendalian dan pengawasan.
b.     Memelihara kontak/hubungan: orang yang kreatif memerlukan kontak dengan orang lain serta menjadikan suatu kompromi yang ideal. Mengomentari dan mendengarkan adalah cara yang akan mendorong orang kreatif untuk mengambil beberapa kesimpulan yang berarti.
c.      Memberikan waktu bebas sendirian: banyak ide-ide yang terbaik muncul dari orang yang kreatif ketika banyak waktu luang. Untuk itu perlu berfikir sendiri dalam mengetengahkan beberapa pengertian atau penjelasan dari suatu proses kreatif.
d.     Menghormati kegiatan-kegiatan luarnya dan sumber-sumber perangsang: untuk memperoleh ide-ide atau pengetahuan, orang kreatif sering mengandalkan kegiatan-kegiatan di luar pekerjaannya. Hal ini adalah menyegarkan pikiran. Misalnya, berhubungan dengan teman-temannya, mengadakan rekreasi, mincing, dan sebagainya.
e.      Menyediakan pengarahan khusus: orang kreatif memerlukan pimpinan/pengarahan yang berimbang, yaitu sedang, tidak kaku dank eras, juga tidak terlalu longgar atau bebas.
f.      Menyediakan suatu iklim yang kreatif: untuk menjaga orang kreatif berfungsi dengan baik dalam pekerjaannya, buatlah suasana yang menyenangkan, dan berusaha agar merasa enak dan nyaman.
g.     Jika diminta ide-ide yang kreatif dan juga saran-saran, nilailah yang diminta itu dengan secepatnya: orang kreatif lebih bersifat tidak sabar, dan menghendaki penilaian yang cepat. Untuk ini, berikanlah penialaian yang cepat pula.

Pengertian Laboratorium

            Ilmu Pengetahuan Alam atau Saint adalah ilmu tentang gejala alam yang diamati dan diukur. Jadi tidak dapat dipelajari dengan membaca buku atau mendengarkan sebuah cerita dari guru saja. Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang terutama menyediakan alat dan bahan maka kita telah dapat melaksanakan praktik, teritama di sekolah formal.

            Pengajaran yang hanya mengutamakan teori seperti pada masa lampau, tidak dapat kita terima lagi. Bahkan, mutlak pengajaran ilmu pengetahuan ala mini harus didampingi suatu laboratorium. Pada mulanya ilmuan saja melaksanakan praktik ini. Tetapi sekarang, dengan teori yang sederhana, para pelajar sudah dapat mempraktikkannya dan membuat hasil serta membanding-bandingkan.

            Dengan demikian, hakekat berfikir secara ilmiah dialtih pada siswa sejak di bangku sekolah dan berpengaruh di dalam masyarakat. Pengamatan, pengenalan, pemakaian, serta merangkai dan mengambil data-data, menganalisa, sangat diperlukan di suatu laboratorium.

Fungsi Laboratorium

a.      Sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas.
b.     Sebagai tempat pameran (display).
c.      Sebagai museum kecil, kalau benda-benda yang disimpan adalah benda/alat “tua”, manuskrip, atau spisemen-spisemen yang tua.
d.     Sebagai perpustakaan IPA, sebagai sumber-sumber IPA.

Tujuan Praktik

a.     Tujuan Umum:
1.     Siswa akan memiliki pengetahuan dasar tentang IPA terutama Fisika, Kimia, dan Biologi.
2.     Siswa akan memiliki keterampilan kerja di bidang IPA.
3.     Siswa akan menyadari pentingnya Pengetahuan Alam untuk pembangunan, terutama di bidang teknologi.

b.     Tujuan Khusus:
1.     Siswa dapat memahami, di samping teori juga praktik dalam penggunaan alat dan bahan.
2.     Siswa bersikap kreatif terhadap alat dan bahan, terutama dalam menerima hasil perkembangan ilmu dan pengetahuan.
3.     Siswa akan lebih sadar bahwa di dalam pengetahuan teori dan praktik harus dapat menyeimbangkan dalam rangka mempergunakannya untuk kehidupan manusia.
4.     Untuk memberikan pengetahuan, menerapkan teori-teori yang sesuai dengan eksperimen yang dilakukan.
5.     Untuk melatih siswa agar dapat mengamati dengan teliti hal-hal yang harus dilakukan dalam percobaan di laboratorium.
6.     Untuk melatih siswa agar terlatih berfikir ilmiah dengan berpijak pada buku-buku dengan membandingkan berdasarkan percobaan-percobaan.

Macam-macam Kegiatan

a.      Semua siswa baik individual maupun dalam kelompok kecil melakukan percobaan-percobaan yang sama.
b.     Semua siswa baik secara individual maupun kelompok kecil melakukan percobaan yang berbeda. Semua siswa/kelompok siswa melakukan kegiatan dengan menggunakan alat yang satu kea lat yang lain. Sehingga setelah mengalami perputaran dalam penggunaan alat, mereka bisa mendapatkan hasil yang mungkin sama.
c.      Setelah melakukan percobaan-percobaan yang berbeda-beda, siswa bisa melaporkan hasil percobaan secara pleno.
d.     Setiap siswa melakukan percobaan secara individual dengan caranya sendiri-sendiri.
e.      Percobaan jangka panjang. (P3G 1981, hal.17)

Pelaksanaan Kegiatan

Contoh kegiatan:
            Gosoklah pisau silet dengan magnet secara berulang-ulang sampai menjadi magnet. Apungkanlah sepotong gabus di atas air dalam pasu atau ember. Supaya gabus berdiri tegak, tusukkanlah sebuah paku besar pada ujung bawah gabus. Kalau gabus tidak ada, dapat digunakan sepotong benda ringan dan kecil. Letakkan pisau silet itu di atas gabus. Tunggulah beberapa saat sampai pisau dan gabus tenang. Perhatikanlah arah pisau silet itu. Berikanlah tanda pada ujung yang menunjukkan arah utara. Letakkan pisau silet itu di atas gabus dengan ujung-ujungnya menghadap timur barat. Biarkan beberapa saat. Mengarah kemana akhirnya ujung-ujung silet itu ?

            Dari contoh di atas, jelaslah kaitan antara fasilitas dengan kegiatan laboratorium. Kegiatan di laboratorium memiliki beberapa komponen, yaitu: kegiatan itu sendiri, fasilitas, dan personal yang melakukan kegiatan itu sendiri. Komponen fasilitas dalam hal ini memegang peranan penting. Tersedianya fasilitas akan mempengaruhi berhasil tidaknya kegiatan laboratorium yang dilakukan. Jadi dalam praktik, alat dan bahan sangat berpengaruh, apabila alat dan bahan belum siap dipakai atau tidak tersedia maka tujuan praktik tidak akan tercapai.

Kegiatan Laboratorium

             Dari pokok permasalahan pembahasan ini dapat dikatakan bahwa SD pelosok yang hanya memiliki fasilitas yang terbatas, khususnya fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan laboratorium, di sini guru betul-betul ditantang untuk mampu mengajak siswa menciptakan alat/fasilitas sederhana yang dapat mewakili untuk melakukan kegiatan laboratorium. Sehingga kreativitas siswa mulai dapat dimunculkan.
Misalnya: sekolah tidak memiliki bejana berhubungan, maka siswa diajak untuk membuat yang sederhana, seperti dari bambu.

            Sedangkan untuk SD modern, yang memiliki berbagai fasilitas yang memadai, maka siswa tidak diajak melakukan kegiatan yang bersifat klasik, tetapi kegiatan yang dilakukan diarahkan pada pengembangan fungsi alat.
Misalnya: alat mikroskop digunakan untuk melihat kuman. Penggunaannya dikembangkan untuk meneliti alat perkembangbiakan tanaman  pakis, serat-serat daun, dan sebagainya.

            Dari penjelasan di atas, ternyata kegiatan melalui laboratorium dapat mengembangkan daya kreativitas siswa SD. Bila kegiatan ini dilakukan secara rutin, maka dalam diri siswa akan tertanam suatu sikap yang kreatif. Sikap ini merupakan sikap dasar terbentuknya kepribadian yang kreatif dan berhasil mempengaruhi kebiasaan hidup sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar