Minggu, 17 April 2016

PENDAMPINGAN TEMAN SEBAYA



PENDAMPINGAN TEMAN SEBAYA

(SEBUAH MODEL PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN – KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII)



BAB: I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dengan dirumuskannya Standar Kelulusan Bimbingan – Konseling di semua jenjang pendidikan formal, menuntut profesionalitas kerja Petugas Bimbingan (Konselor). Konselor harus mau dan mampu menyusun perencanaan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengadakan tindaklanjut pelaksanaan layanan bimbingan tersebut.

Tidak hanya tuntutan Standar Kelulusan yang berorientasi pada siswa, akan tetapi juga adanya tuntutan Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Konselor yang nota bene sudah merupakan suatu karya profesi, memiliki  tugas dan tanggungjawab yang harus dipertanggungjawabkan secara profesional. Tugas dan tanggungjawab tersebut mencakup beberapa aspek dan bidang kehidupan. Baik di ruang lingkup tugas secara formal maupun di bidang sosial kemasyarakatan (AKBIN, 2005 – 2009, hal: 79 – 114)

Secara formal di dunia pendidikan, khususnya jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, seorang konselor minimal memiliki beban dan tanggungjawab mendampingi siswa sebanyak  + 150 orang. Secara moral beban dan tanggungjawab ini tergolong besar dan berat. Tidak bisa dibayangkan, 150 orang siswa yang memiliki karakteristik, latar belakang sosial ekonomi menuntut seorang konselor untuk bekerja keras memahaminya secara individual. Untuk itu, perlu adanya kiat khusus dalam melaksanakan pendampingan. (Pedoman Penyusunan Portofolio Srtifikasi Guru Bimbingan Tahun 2007)

Terlebih siswa SMP yang sesuai tahap perkembangannya berada pada masa remaja atau disebut masa transisi (peralihan), dengan segala keunikannya, menuntut kerja ekstra keras seorang konselor. Agar berhasil dalam pelayanannya, seorang konselor harus memahami ciri-ciri remaja dan tugas perkembangan remaja dengan memadukan program layanan bimbingan pada umumnya.

Bertolak dari hal tersebut, jelas sebagai seorang konselor dengan segala keterbatasannya, tidak akan mencapai standar kelulusan maupun standar kompetensinya. Untuk itu perlu kiranya menjalin kerjasama dengan pihak lain, yang dimungkinkan bisa membantu mencapai tujuan layanan bimbingan. Salah satu upaya menentukan pihak lain yang bisa diajak bekerja sama adalah dengan cara memilih dari siswanya itu sendiri. Siswa yang dipandang memiliki kemampuan, kecakapan, keterampilan lebih inilah yang dimungkinkan bisa menjadi pendamping teman-temannya.

Bagaimana cara menentukan salah seorang siswa yang dipandang bisa dijadikan pendamping teman sebayanya ? Siswa yang dipilih adalah siswa yang seusia atau se kelas dengan memiliki kemampuan, bisa diterima dan menerima teman-temannya. Sistem demikian ini kami istilahkan suatu model pendampingan teman sebaya. 

B.    Identifikasi Masalah

Dengan adanya Standar Kelulusan Bimbingan Konseling di sekolah menengah dan Standar Kompetensi Konselor Indonesia menuntut profesionalitas seorang konselor. Salah satu pencapaian profesionalitas konselor, dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebisa mungkin mengoptimalkan/memberdayakan segala sesuatu yang ada untuk dijadikan sarana dan media bimbingan. Yang salah satunya adalah siswa. Seorang siswa bisa dijadikan partner kerja apabila melalui proses seleksi tertentu diketahui memiliki kemampuan lebih dibanding teman-teman sekelasnya.

            Seorang siswa bisa diberdayakan untuk memperlancar kerja layanan konselor dipilih dari teman sebayanya/sekelasnya. Model ini disebut Model Pendampingan Teman Sebaya.

C.    Pembatasan Masalah

Tidak semua jenjang pendidikan formal mampu atau bisa menerapkan Model Pendampingan Teman Sebaya ini. Hal ini banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di jenjang pendidikan Sekolah Dasar kelas bawah. Karena keterbatasan siswa dalam hal sosialisasi, sulit kiranya menerapkan model ini.
           
            Model Pendampingan Teman Sebaya tepat diberlakukan di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, dengan alasan:

1.     Siswa SMP sesuai dengan tahap perkembangan sosialnya merasa sangat membutuhkan dan tergantung pada lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang paling mempengaruhinya adalah teman sebayanya.

2.     Siswa SMP sudah memiliki karakteristik sebagai seorang pemimpin yang bisa dipercaya dan mampu mempengaruhi orang lain, terlebih teman sebayanya.

3.     Ada beberapa program layanan bimbingan di SMP yang bisa dilaksanakan dengan melibatkan atau meminta bantuan pihak lain. Salah satunya siswa.

D.    Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan beberapa masalah:

1.     Bagaimanakah cara menentukan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya ?

2.     Bagaimanakah tindak lanjut bagi seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang menurut siswa lain dan konselor bisa dijadikan pendamping teman sebayanya ?

3.     Hal-hal apa saja yang bisa dilakukan oleh seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang dipercaya sebagai pendamping teman sebayanya ?

4.     Apa yang semestinya dilakukan oleh seorang konselor, khususnya yang berkenaan dengan layanan bimbingan siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII ?




E.    Tujuan Pembahasan

1.     Agar konselor memahami langkah-langkah yang tepat dalam menentukan seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.

2.     Agar konselor memahami tindaklanjut setelah berhasil menentuikan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.

3.     Agar konselor memahami beberapa rumusan yang semestinya ditugaskan kepada seseorang siswa yang dijadikan sebagai pendamping teman sebayanaya/sekelasnya.

4.     Agar konselor memahami apa yang seharusnya ditindaklanjuti dari hasil kerja seorang siswa yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.

F.     Manfaat Pembahasan

1.     Bagi calon konselor atau pembantu konselorr:
      Dapat memiliki gambaran pelaksanaan layanan dengan Model Pendampingan Teman Sebaya. Yang dimungkinkan, setelah menjadi konselor nanti mampu dan mau mengembangkannya.

2.     Bagi konselor SMP Tarakanita Solo Baru:
      Semakin diperkaya dengan fareasi model layanan bimbingan, sekalipun tidak menyalahi aturan profesinya.

3.     Bagi siswa SMP Tarakanita Solo Baru (yang melaksanakan model ini):
      Akan semakin tumbuh sikap saling percaya mempercayai, saling menerima dan diterima, saling merasa dihargai sebagai seorang pribadi.

4.     Bagi para orang tua siswa:
      Akan memperoleh sumber informasi yang bisa dipercaya dari teman-teman anaknya, sehingga bisa melakukan pendampingan anak-anaknya di dalam lingkungan keluarga secara lebih baik.











BAB : II
PEMBAHASAN MASALAH


A.       Cara Menentukan Salah Seorang Siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa Dijadikan Sebagai Pendamping Teman Sebaya

1.     Memahami Perkembangan Remaja

Pemahaman ini penting sebelum menentukan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya, sebab siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang rata-rata berusia 12 – 13 tahun sesuai tahap perkembangannya berada pada masa remaja.

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju  masa dewasa. Masa ini ditandai oleh perubahan yang sangat pesat.

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja adalah:

a. Perkembangan fisik

    Yang dimaksud perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001) Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat badan, pertumbuhan otot dan tulang, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
    Keberadaan fisik remaja yang demikian ini bisa dimanfaatkan untuk mempengaruhi orang lain atau teman sebayanya. Misalnya dengan mendiskusikan mengapa tubuhnya berbeda dengan orang lain, mengapa terjadi perubahan dalam dirinya.

b. Perkembangan kognitif

    Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja berpikir abstrak.
    Berpedoman dengan perkembangan kognitif ini, remaja sudah mampu berpikir seacara mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Sudah mampu berpikir secara hipotesa, sesuatu yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

c. Perkembangan pribadi dan sosial

    Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan dengan emosi secara unik. Perkembangan sosial adalah perubahan dalam hubungannya dengan orang lain. Perekmbangan kepribadian, remaja adalah proses pencarian identitas diri agar memiliki peran yang penting dalam hidup. Sedangkan perkembangan sosialnya, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman.
    Dengan demikian, pada masa remaja peranan kelompk teman sebaya adalah besar dalam mempengaruhi pertimbangan dan keputusan tentang perilakunya. Teman sebaya bahkan bisa dikatakan sebagai “referensi”.

2.     Memahami Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain:

a.      Memperluas hunungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa
      dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
b.     Memperoleh peranan sosial
c.      Menerima kebutuhannya dan menggunkannya dengan efektif
d.     Memperoleh kebebasan emosionla dari orang tua dan orang dewasa lainnya
e.      Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
f.      Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
g.     Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
h.     Membentuk sistem  nilai, moralitas dan falsafah hidup.

      Berdasarkan pemahaman tentang tugas perkembangan remaja tersebut, remaja sebenarnya berada pada masa krisis identitas. Maka tak jarang remaja berusaha mencari penjelasan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

3.     Menentukan Skala Kebutuhan

Setelah kita mampu memahami eksistensi remaja, langkah berikutnya adalah menentukan skala kebutuhan. Yang dalam hal ini kita berusaha mencari dan menemukan:
-        untuk apa kita menentukan seseorang siswa akan kita jadikan pendamping teman sebayanya ?
-        dalam bidang apa siswa yang kita jadikan pendamping itu ?
-        batasan-batasan apa saja yang boleh dan tidak diperbolehkan seorang siswa pendamping teman sebayanya ?

Hal prinsip yang mesti kita pegang adalah, siswa yang kita tunjuk menjadi pendamping teman sebayanya ini memiliki tugas utama sebagai informen atau sumber informasi tentang keberadaan teman-temannya. Sebagai penyalur masalah teman kepada konselor.

Memang tidak semua bidang bisa dicakup oleh seorang siswa yang kita tunjuk sebagai pendamping teman sebayanya. Hal ini mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh seorang siswa yang kita tunjuk sebagai pendamping teman sebayanya. Terlebih secara psikologis ia memiliki permasalahan yang sama dengan teman-temannya. Hanya saja ia memiliki kemampuan dan kecakapan lebih dalam mengatasi masalah pribadinya. Itu pun dalam bidang tertentu saja.

4.     Metode Penjaringan/Pemilihan Siswa Pendamping

a.     Metode Observasi

Yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung. Dintinjau dari segi peranan pengamat bisa dibedakan: obesrvasi yang berpartisipasi, observasi non-partisipasi, dan quasi partisipasi. Ditinjau dari tujuannya: observasi sistematis, observasi non-sistematis,. Ditinjau dari segi sitausinya: sirtuasi bebas,  sengaja diadakan, dan campuran. (Abu Ahmadi, 1997)

Alat yang bisa dijadikan untuk mengadakan observasi: catatan anekdot, catatan berkala, check list, rating scale.

Konselor bisa melakukan dengan mengadakan pengamatan di kelasatau membaca data tentang siswa yang dimungkinkan bisa ditunjuk menjadi pendamping teman-temannya. Keuntungan metode ini cepat terlaksana, akan tetapi kurang menguntungkan dalam hal ketepatan.

b.     Questionnaire

Sering juga disebut angket, berupa daftar pertanyaan yang harus dikerjakan. Tentu saja harus berpijak dari tujuan, yaitu untuk mengetahui dan menentukan siapa yang pantas dijadikan pendamping teman-teman sebaya.

Berdasarkan bentuknya ada: pertanyaan yang tertutup, pertanyaan yang terbuka, dan pertanyaan yang terbuka dan tertutup. Sedang berdasar cara pemberiannya, ada yang langsung dan tidak langsung. (Abu Ahmadi, 1997)

Penggunaan metode ini adalah praktis, ekonomis dan siswa dapat menjawab dengan terbuka/leluasa dan tidak terpangaruh oleh orang lain. Sedangkan kelemahannya, bila ada pertanyaan dirasa kurang jelas, tidak akan mendapatkan keterangan lebih lanjut. Sulit memberikan jaminan bahwa semua bisa kembali.

c.      Sosiometri

Sosiometri menunjukkan kepada kita yaitu tentang ukuran berteman. Jadi dengan sosiometri dapat kita lihat, bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik atau tidaknya hubungan pertemanan bisa dilihat dari sosiometri ini. (Abu Ahmadi, 1997)

Kelemahan metode ini, apabila kelompok yang ada terlalu banyak jumlahnya, maka hasilnya akan kabur.

B.        Tindak lanjut bagi seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang menurut siswa lain dan konselor bisa dijadikan pendamping teman sebayanya.

Setelah memahami tahap perkembangan dan tugas pada masa perkembangan remaja, serta menentukan metode yang tepat untuk penjaringan siswa yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebaya dengan segala kriterianya, sebagai seorang konselor haruslah bersikap demokratis. Dalam arti memberikan pemahaman yang baik kepada seluruh siswanya. Dengan harapan agar semua siswa mau dan mampu menindaklanjuti hasil dengan positif demi peningkatan kemampuannya.

Misalnya jika seorang siswa mengalami kesulitan suatu masalah belajar bidang tertentu, siswa tersebut diarahkan dan disalurkan untuk mendiskusikan dengan teman yang menjadi pilihan bersama. Jangan malah berdisikusi dengan teman lain yang tidak merupakan pilihan bersama.

Kepada seseorang siswa yang dipilih oleh teman-temannya untuk men jadi pendamping dalam bidang tertentu, sebagai seorang konselor hendaknya mengarahkan dan memberikan kesempatan seluas-luasnya. Bila mungkin ada suatu pembinaan khusus secara periodik. Isi pembimnaan antara lain: bagaimana mengadakan komunikasi yang baik, bagaimana cara mendengarkan yang baik, bagaimana memberikan tanggapan yang baik.

Kepada sesama guru, sebagai seorang konselor hendaknya menyampaikan informasi ini dengan harapan apabila seseorang siswa yang dijadikan sebagai teman pendamping dalam bidangnya mengalami kesulitan, guru yang bersangkutan mau dan mampu terlibat dan melibatkan diri..

Kepada para orang tua, khususnya orang tua yang anaknya dijadikan pendamping teman sebayanya, diberikan informasi agar memahami anaknya. Seandainya anaknya melakukan kegiatan bersama dengan teman-temannya, sebagai orang tua diminta pengertiannya. Seandainya di rumahnya dijadikan tempat diskusi atau kerja kelompok, para orang tua diminta memberikan kesempatan dan pengawasan.

C.       Yang Dilakukan oleh Seorang Siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang Dipercaya sebagai Pendamping Teman Sebayanya.

1.     Seorang konselor meminta kepada siswa terpilih untuk bersikap pro-aktif, dalam arti senantiasa melakukan pendampingan kepada teman-teman sebayanya sekalipun tidak diminta.
2.     Jika diminta oleh teman yang mengalami kesulitan tidak boleh pilih kasih dan harus menerima.
3.     Berusaha semaksimal mungkin menyimpan kerahasian pribadi teman.
4.     Selalu mencatat dan mengkomunikasikan dengan konselor atau guru lain yang ditunjuk/dipilih.
5.     Selalu mengikuti pembinaan, mendiskusikan, dan membuat laporan kepada konselor. Terlebih bila ada masalah yang dirinya sendiri tidak bisa mnengatasinya.

D.       Yang Semestinya Dilakukan oleh Seorang Konselor, Khususnya yang Berkenaan dengan Layanan Bimbingan Siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII.

1.     Selalu mengadakan pengamatan dan pendampingan, khususnya kepada siswa yang dipilih/ditunjuk menjadi pendamping teman-temannya. Apabila perlu seorang konselor bisa memanggil untuk mendiskusikan segala permasalahan yang siswa tersebut alami.

2.     Berdasarkan laporan siswa yang dipilih/ditunjuk, semstinya sebagai seorang konselor tidak serta menerimanya. Akan tetapi mengolah informasi tersebut bagaimana kebenarannya.

3.     Pada masalah tertentu seorang konselor harus sigap mengambil atau menangani kasus yang dialami dan ditemukan oleh siswa yang dipilih/ditunjuk. Tidak boleh menunda-nunda. Sebab kemungkinan kalau tidak segera diambil alih, kasus tersebut akan berkembang dan tidak tertangani.

4.     Bila terdapat kasus yang perlu dikomunikasi atau dikonfirmasikan dengan orang lain atau tenaga ahli, konselor sesegera mungkin melakukannya agar masalah tidak berlarut-larut.
5.     Untuk kepentingan layanan bimbingan selanjutnya, seorang konselor harus mencatat dan mengolah informasi dari siswa terpilih.





DAFTAR PUSTAKA


1.     Abu Ahmadi, Drs. (1997), Bimbingan & Penyuluhan Di Sekolah, Semarang, CV. Toha, Semarang.

2.     Andi Mapiare, Drs, (1984), Pengantar Bimbingan dan Konseling Di sekolah, Surabaya, Usaha Nasional.

3.     ……, (2005), AKBIN

4.     Gunarsa, S.D (1988), Psikologi Remaja, Jakaerta, BPK. Gunung Mulia

5.     …..   (2007) Petunjuk Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru Bimbingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar