PENDAMPINGAN TEMAN SEBAYA
(SEBUAH
MODEL PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN – KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS
VII)
BAB:
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dengan dirumuskannya
Standar Kelulusan Bimbingan – Konseling di semua jenjang pendidikan formal,
menuntut profesionalitas kerja Petugas Bimbingan (Konselor). Konselor harus mau
dan mampu menyusun perencanaan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengadakan
tindaklanjut pelaksanaan layanan bimbingan tersebut.
Tidak hanya tuntutan
Standar Kelulusan yang berorientasi pada siswa, akan tetapi juga adanya
tuntutan Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Konselor yang nota bene sudah
merupakan suatu karya profesi, memiliki tugas dan tanggungjawab yang harus dipertanggungjawabkan
secara profesional. Tugas dan tanggungjawab tersebut mencakup beberapa aspek
dan bidang kehidupan. Baik di ruang lingkup tugas secara formal maupun di
bidang sosial kemasyarakatan (AKBIN, 2005 – 2009, hal: 79 – 114)
Secara formal di dunia
pendidikan, khususnya jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, seorang
konselor minimal memiliki beban dan tanggungjawab mendampingi siswa sebanyak + 150 orang. Secara moral beban dan
tanggungjawab ini tergolong besar dan berat. Tidak bisa dibayangkan, 150 orang
siswa yang memiliki karakteristik, latar belakang sosial ekonomi menuntut
seorang konselor untuk bekerja keras memahaminya secara individual. Untuk itu,
perlu adanya kiat khusus dalam melaksanakan pendampingan. (Pedoman Penyusunan
Portofolio Srtifikasi Guru Bimbingan Tahun 2007)
Terlebih siswa SMP yang
sesuai tahap perkembangannya berada pada masa remaja atau disebut masa transisi
(peralihan), dengan segala keunikannya, menuntut kerja ekstra keras seorang
konselor. Agar berhasil dalam pelayanannya, seorang konselor harus memahami
ciri-ciri remaja dan tugas perkembangan remaja dengan memadukan program layanan
bimbingan pada umumnya.
Bertolak dari hal tersebut,
jelas sebagai seorang konselor dengan segala keterbatasannya, tidak akan
mencapai standar kelulusan maupun standar kompetensinya. Untuk itu perlu
kiranya menjalin kerjasama dengan pihak lain, yang dimungkinkan bisa membantu
mencapai tujuan layanan bimbingan. Salah satu upaya menentukan pihak lain yang
bisa diajak bekerja sama adalah dengan cara memilih dari siswanya itu sendiri.
Siswa yang dipandang memiliki kemampuan, kecakapan, keterampilan lebih inilah
yang dimungkinkan bisa menjadi pendamping teman-temannya.
Bagaimana cara menentukan
salah seorang siswa yang dipandang bisa dijadikan pendamping teman sebayanya ?
Siswa yang dipilih adalah siswa yang seusia atau se kelas dengan memiliki
kemampuan, bisa diterima dan menerima teman-temannya. Sistem demikian ini kami
istilahkan suatu model pendampingan teman sebaya.
B.
Identifikasi Masalah
Dengan adanya Standar
Kelulusan Bimbingan Konseling di sekolah menengah dan Standar Kompetensi
Konselor Indonesia menuntut profesionalitas seorang konselor. Salah satu
pencapaian profesionalitas konselor, dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebisa mungkin mengoptimalkan/memberdayakan segala sesuatu
yang ada untuk dijadikan sarana dan media bimbingan. Yang salah satunya adalah
siswa. Seorang siswa bisa dijadikan partner kerja apabila melalui proses
seleksi tertentu diketahui memiliki kemampuan lebih dibanding teman-teman
sekelasnya.
Seorang
siswa bisa diberdayakan untuk memperlancar kerja layanan konselor dipilih dari
teman sebayanya/sekelasnya. Model ini disebut Model Pendampingan Teman Sebaya.
C.
Pembatasan Masalah
Tidak semua jenjang pendidikan
formal mampu atau bisa menerapkan Model Pendampingan Teman Sebaya ini. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di jenjang
pendidikan Sekolah Dasar kelas bawah. Karena keterbatasan siswa dalam hal
sosialisasi, sulit kiranya menerapkan model ini.
Model
Pendampingan Teman Sebaya tepat diberlakukan di jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Pertama, dengan alasan:
1. Siswa SMP sesuai dengan tahap
perkembangan sosialnya merasa sangat membutuhkan dan tergantung pada lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial yang paling mempengaruhinya adalah teman
sebayanya.
2. Siswa SMP sudah memiliki karakteristik
sebagai seorang pemimpin yang bisa dipercaya dan mampu mempengaruhi orang lain,
terlebih teman sebayanya.
3. Ada beberapa program layanan bimbingan di
SMP yang bisa dilaksanakan dengan melibatkan atau meminta bantuan pihak lain.
Salah satunya siswa.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah dapat dirumuskan beberapa masalah:
1. Bagaimanakah cara menentukan salah
seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai
pendamping teman sebayanya ?
2. Bagaimanakah tindak lanjut bagi seorang
siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang menurut siswa lain dan konselor
bisa dijadikan pendamping teman sebayanya ?
3. Hal-hal apa saja yang bisa dilakukan oleh
seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang dipercaya sebagai
pendamping teman sebayanya ?
4. Apa yang semestinya dilakukan oleh
seorang konselor, khususnya yang berkenaan dengan layanan bimbingan siswa SMP Tarakanita
Solo Baru Kelas VII ?
E.
Tujuan Pembahasan
1. Agar konselor memahami langkah-langkah
yang tepat dalam menentukan seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII
yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.
2. Agar konselor memahami tindaklanjut
setelah berhasil menentuikan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas
VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.
3. Agar konselor memahami beberapa rumusan
yang semestinya ditugaskan kepada seseorang siswa yang dijadikan sebagai
pendamping teman sebayanaya/sekelasnya.
4. Agar konselor memahami apa yang
seharusnya ditindaklanjuti dari hasil kerja seorang siswa yang bisa dijadikan
sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.
F.
Manfaat Pembahasan
1.
Bagi calon konselor atau
pembantu konselorr:
Dapat memiliki gambaran pelaksanaan
layanan dengan Model Pendampingan Teman Sebaya. Yang dimungkinkan, setelah
menjadi konselor nanti mampu dan mau mengembangkannya.
2.
Bagi konselor SMP
Tarakanita Solo Baru:
Semakin diperkaya dengan fareasi model
layanan bimbingan, sekalipun tidak menyalahi aturan profesinya.
3.
Bagi siswa SMP Tarakanita Solo Baru (yang melaksanakan model ini):
Akan semakin tumbuh sikap saling percaya
mempercayai, saling menerima dan diterima, saling merasa dihargai sebagai
seorang pribadi.
4.
Bagi para orang tua
siswa:
Akan memperoleh sumber informasi yang
bisa dipercaya dari teman-teman anaknya, sehingga bisa melakukan pendampingan
anak-anaknya di dalam lingkungan keluarga secara lebih baik.
BAB : II
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Cara Menentukan Salah Seorang
Siswa SMP Tarakanita
Solo Baru Kelas VII yang bisa Dijadikan Sebagai Pendamping Teman Sebaya
1.
Memahami Perkembangan Remaja
Pemahaman ini penting
sebelum menentukan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang
bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya, sebab siswa SMP Tarakanita
Solo Baru Kelas VII yang rata-rata berusia 12 – 13 tahun sesuai tahap
perkembangannya berada pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa
transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini ditandai oleh perubahan
yang sangat pesat.
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
adalah:
a.
Perkembangan fisik
Yang dimaksud perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan
motorik (Papalia & Olds, 2001) Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat badan, pertumbuhan otot dan tulang, dan kematangan
organ seksual dan fungsi reproduksi.
Keberadaan fisik remaja yang demikian ini bisa dimanfaatkan untuk
mempengaruhi orang lain atau teman sebayanya. Misalnya dengan mendiskusikan
mengapa tubuhnya berbeda dengan orang lain, mengapa terjadi perubahan dalam
dirinya.
b. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan
lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja
berpikir abstrak.
Berpedoman dengan perkembangan kognitif ini, remaja sudah mampu
berpikir seacara mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang
suatu hal. Sudah mampu berpikir secara hipotesa, sesuatu yang mungkin terjadi
pada masa yang akan datang.
c. Perkembangan pribadi dan sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan dengan emosi secara unik. Perkembangan
sosial adalah perubahan dalam hubungannya dengan orang lain. Perekmbangan
kepribadian, remaja adalah proses pencarian identitas diri agar memiliki peran
yang penting dalam hidup. Sedangkan perkembangan sosialnya, remaja lebih banyak
melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan
bermain dengan teman.
Dengan demikian, pada masa remaja peranan kelompk teman sebaya
adalah besar dalam mempengaruhi pertimbangan dan keputusan tentang perilakunya.
Teman sebaya bahkan bisa dikatakan sebagai “referensi”.
2.
Memahami Tugas Perkembangan
Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut
Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain:
a. Memperluas hunungan antara pribadi dan
berkomunikasi secara lebih dewasa
dengan
kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
b. Memperoleh peranan sosial
c. Menerima kebutuhannya dan menggunkannya
dengan efektif
d. Memperoleh kebebasan emosionla dari orang
tua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan
kemampuan berdiri sendiri
f. Memilih dan mempersiapkan lapangan
pekerjaan
g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan
keluarga
h. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.
Berdasarkan pemahaman tentang tugas perkembangan remaja tersebut, remaja
sebenarnya berada pada masa krisis identitas. Maka tak jarang remaja berusaha
mencari penjelasan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah
nantinya akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut remaja untuk
melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat
yang dimilikinya.
3.
Menentukan Skala Kebutuhan
Setelah kita mampu memahami
eksistensi remaja, langkah berikutnya adalah menentukan skala kebutuhan. Yang
dalam hal ini kita berusaha mencari dan menemukan:
-
untuk
apa kita menentukan seseorang siswa akan kita jadikan pendamping teman
sebayanya ?
-
dalam
bidang apa siswa yang kita jadikan pendamping itu ?
-
batasan-batasan
apa saja yang boleh dan tidak diperbolehkan seorang siswa pendamping teman
sebayanya ?
Hal prinsip yang mesti kita
pegang adalah, siswa yang kita tunjuk menjadi pendamping teman sebayanya ini
memiliki tugas utama sebagai informen atau sumber informasi tentang keberadaan
teman-temannya. Sebagai penyalur masalah teman kepada konselor.
Memang tidak semua bidang
bisa dicakup oleh seorang siswa yang kita tunjuk sebagai pendamping teman
sebayanya. Hal ini mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh seorang siswa yang
kita tunjuk sebagai pendamping teman sebayanya. Terlebih secara psikologis ia
memiliki permasalahan yang sama dengan teman-temannya. Hanya saja ia memiliki
kemampuan dan kecakapan lebih dalam mengatasi masalah pribadinya. Itu pun dalam
bidang tertentu saja.
4.
Metode Penjaringan/Pemilihan
Siswa Pendamping
a.
Metode Observasi
Yaitu suatu cara untuk
mengumpulkan data yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara
langsung. Dintinjau dari segi peranan pengamat bisa dibedakan: obesrvasi yang
berpartisipasi, observasi non-partisipasi, dan quasi partisipasi. Ditinjau dari
tujuannya: observasi sistematis, observasi non-sistematis,. Ditinjau dari segi
sitausinya: sirtuasi bebas, sengaja diadakan,
dan campuran. (Abu Ahmadi, 1997)
Alat yang bisa dijadikan
untuk mengadakan observasi: catatan anekdot, catatan berkala, check list,
rating scale.
Konselor bisa melakukan
dengan mengadakan pengamatan di kelasatau membaca data tentang siswa yang dimungkinkan
bisa ditunjuk menjadi pendamping teman-temannya. Keuntungan metode ini cepat
terlaksana, akan tetapi kurang menguntungkan dalam hal ketepatan.
b.
Questionnaire
Sering juga disebut angket,
berupa daftar pertanyaan yang harus dikerjakan. Tentu saja harus berpijak dari
tujuan, yaitu untuk mengetahui dan menentukan siapa yang pantas dijadikan
pendamping teman-teman sebaya.
Berdasarkan bentuknya ada:
pertanyaan yang tertutup, pertanyaan yang terbuka, dan pertanyaan yang terbuka
dan tertutup. Sedang berdasar cara pemberiannya, ada yang langsung dan tidak
langsung. (Abu Ahmadi, 1997)
Penggunaan metode ini
adalah praktis, ekonomis dan siswa dapat menjawab dengan terbuka/leluasa dan
tidak terpangaruh oleh orang lain. Sedangkan kelemahannya, bila ada pertanyaan
dirasa kurang jelas, tidak akan mendapatkan keterangan lebih lanjut. Sulit
memberikan jaminan bahwa semua bisa kembali.
c.
Sosiometri
Sosiometri menunjukkan
kepada kita yaitu tentang ukuran berteman. Jadi dengan sosiometri dapat kita
lihat, bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik atau
tidaknya hubungan pertemanan bisa dilihat dari sosiometri ini. (Abu Ahmadi,
1997)
Kelemahan metode ini,
apabila kelompok yang ada terlalu banyak jumlahnya, maka hasilnya akan kabur.
B.
Tindak lanjut bagi seorang
siswa SMP Tarakanita
Solo Baru Kelas VII yang menurut siswa lain dan konselor bisa dijadikan
pendamping teman sebayanya.
Setelah memahami tahap
perkembangan dan tugas pada masa perkembangan remaja, serta menentukan metode
yang tepat untuk penjaringan siswa yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman
sebaya dengan segala kriterianya, sebagai seorang konselor haruslah bersikap
demokratis. Dalam arti memberikan pemahaman yang baik kepada seluruh siswanya.
Dengan harapan agar semua siswa mau dan mampu menindaklanjuti hasil dengan
positif demi peningkatan kemampuannya.
Misalnya jika seorang siswa
mengalami kesulitan suatu masalah belajar bidang tertentu, siswa tersebut
diarahkan dan disalurkan untuk mendiskusikan dengan teman yang menjadi pilihan
bersama. Jangan malah berdisikusi dengan teman lain yang tidak merupakan
pilihan bersama.
Kepada seseorang siswa yang
dipilih oleh teman-temannya untuk men jadi pendamping dalam bidang tertentu,
sebagai seorang konselor hendaknya mengarahkan dan memberikan kesempatan
seluas-luasnya. Bila mungkin ada suatu pembinaan khusus secara periodik. Isi
pembimnaan antara lain: bagaimana mengadakan komunikasi yang baik, bagaimana
cara mendengarkan yang baik, bagaimana memberikan tanggapan yang baik.
Kepada sesama guru, sebagai
seorang konselor hendaknya menyampaikan informasi ini dengan harapan apabila
seseorang siswa yang dijadikan sebagai teman pendamping dalam bidangnya
mengalami kesulitan, guru yang bersangkutan mau dan mampu terlibat dan
melibatkan diri..
Kepada para orang tua,
khususnya orang tua yang anaknya dijadikan pendamping teman sebayanya,
diberikan informasi agar memahami anaknya. Seandainya anaknya melakukan
kegiatan bersama dengan teman-temannya, sebagai orang tua diminta
pengertiannya. Seandainya di rumahnya dijadikan tempat diskusi atau kerja
kelompok, para orang tua diminta memberikan kesempatan dan pengawasan.
C.
Yang Dilakukan oleh Seorang
Siswa SMP Tarakanita
Solo Baru Kelas VII yang Dipercaya sebagai Pendamping Teman Sebayanya.
1. Seorang konselor meminta kepada siswa
terpilih untuk bersikap pro-aktif, dalam arti senantiasa melakukan pendampingan
kepada teman-teman sebayanya sekalipun tidak diminta.
2. Jika diminta oleh teman yang mengalami
kesulitan tidak boleh pilih kasih dan harus menerima.
3. Berusaha semaksimal mungkin menyimpan
kerahasian pribadi teman.
4. Selalu mencatat dan mengkomunikasikan
dengan konselor atau guru lain yang ditunjuk/dipilih.
5. Selalu mengikuti pembinaan,
mendiskusikan, dan membuat laporan kepada konselor. Terlebih bila ada masalah
yang dirinya sendiri tidak bisa mnengatasinya.
D.
Yang Semestinya Dilakukan oleh
Seorang Konselor, Khususnya yang Berkenaan dengan Layanan Bimbingan Siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII.
1. Selalu mengadakan pengamatan dan
pendampingan, khususnya kepada siswa yang dipilih/ditunjuk menjadi pendamping
teman-temannya. Apabila perlu seorang konselor bisa memanggil untuk
mendiskusikan segala permasalahan yang siswa tersebut alami.
2. Berdasarkan laporan siswa yang
dipilih/ditunjuk, semstinya sebagai seorang konselor tidak serta menerimanya.
Akan tetapi mengolah informasi tersebut bagaimana kebenarannya.
3. Pada masalah tertentu seorang konselor
harus sigap mengambil atau menangani kasus yang dialami dan ditemukan oleh
siswa yang dipilih/ditunjuk. Tidak boleh menunda-nunda. Sebab kemungkinan kalau
tidak segera diambil alih, kasus tersebut akan berkembang dan tidak tertangani.
4. Bila terdapat kasus yang perlu
dikomunikasi atau dikonfirmasikan dengan orang lain atau tenaga ahli, konselor
sesegera mungkin melakukannya agar masalah tidak berlarut-larut.
5. Untuk kepentingan layanan bimbingan
selanjutnya, seorang konselor harus mencatat dan mengolah informasi dari siswa
terpilih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abu Ahmadi, Drs. (1997), Bimbingan & Penyuluhan Di Sekolah, Semarang, CV. Toha, Semarang.
2. Andi Mapiare, Drs, (1984), Pengantar Bimbingan dan Konseling Di sekolah, Surabaya, Usaha Nasional.
3.
……,
(2005), AKBIN
4. Gunarsa, S.D (1988), Psikologi Remaja,
Jakaerta, BPK. Gunung Mulia
5. …..
(2007) Petunjuk Penyusunan Portofolio
Sertifikasi Guru Bimbingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar