Jumat, 29 April 2016

ADA APA DENGAN REMAJA ? (Sebuah refleksi bagi guru dan orang tua siswa SMP)



ADA APA DENGAN REMAJA ?
(Sebuah refleksi bagi guru dan orang tua siswa SMP)

PENDAHULUAN

            Beberapa orang tua dan Guru SMP sering berkeluhkesah menghadapi tingkah laku remajanya. Keluhkesah itu antara lain:

  1. Mengapa anakku sekarang berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Mudah emosi, sulit diatur, ingin menang sendiri, sok pintar, sudah tertarik kepada lawan jenis, malas, dsb ?
  2. Apakah ini suatu “kelainan” yang mungkin akan mempengaruhi perkembangan berikutnya ?
  3. Bagaimana semestinya harus bersikap menghadapi hal tersebut ?

Untuk menjawab keluh kesah tersebut tidaklah mudah. Kita harus menganalisis
dari berbagai aspek pengaruh. Pengaruh yang menyebabkan remaja bersikap demikian bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu dari dalam dan dari luar.

            Pada kesempatan ini, penulis mencoba memberikan bahan wawasan yang berasal dari dalam.

TUJUAN PEMBAHASAN

  1. Memahami perkembangan remaja.
  2. Menentukan alternative tindakan yang tepat terhadap remaja.
  3. Merumuskan komitmen bersama.

PEMBAHASAN MASALAH

  1. Perkembangan Remaja
Anak-anak SMP yang rata-rata berusia 12/13 tahun secara psikologis tergolonmg masa pubertas dan juga masa remaja awal.

    1. Ciri-ciri masa pubertas:
-         Periode transisi dan tumpang tindih
-         Periode sangat singkat
-         Periode terjadinya perubahan yang sangat singkat
-         Pase negative
-         Munculnya perbedaan-perbedaan yang mencolok tiap individu

Ciri yang erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis psikologis:
-         Ciri-ciri seks primer
-         Ciri-ciri seks sekunder
-         Ciri-ciri yang ditunjukkan dalam perilaku
    1. Ciri masa remaja awal

-         Kestabilan keadaan perasaan dan emosi
-         Hal sikap dan moral
-         Hal kecerdasan dan kemampuan mental
-         Hal status yang sukar ditentukan
-         Usia banyak masalah
-         Masa Kritis

    1. Ciri yang dimiliki bersama masa pubertas dan remaja awal:

-         keinginan untuk menyendiri
-         Berkurangnya kemauan untuk bekerja
-         Kurang koordinasi fungsi-fungsi tubuh
-         Kejemuan
-         Kegelisahan
-         Pertentangan social
-         Penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa
-         Kepekaan perasaan
-         Kurang percaya diri
-         Mulai timbul minat pada lawan jenis
-         Kepekaaan perasaan susila
-         Kesukaan berkhayal

  1. Kondisi umum siswa SMP Tarakanita Solo Baru

    1. Masih suka bermain seperti pada masa kanak-kanak
    2. Orang lain dianggap sebagai teman
    3. Belum memiliki rasa tanggungjawab
    4. Bingung akan cita-cita
    5. Malas
    6. Ingin bebas
    7. Mudah tersinggung
    8. Kurang menerapkan etika (unggah-ungguh)

  1. Sebagai orang tua dan guru dalam bersikap terhadap remaja antara lain:

    1. Menerima eksistensi remaja
    2. Memiliki persamaan persaepsi dalam segala hal
    3. Perlu relasa dan komunikasi secara kontinu
    4. Memiliki konsep komitmen yang sama
    5. Memberikan wadah/penyaluran yang tepat untuk remaja
    6. Selalu mengadakan control
    7. Demokratis/Berusaha melibatkan mereka.

A. Sardi – Guru BK SMP Tarakanita Solo Baru

Minggu, 24 April 2016

PERUMUSAN, PENULISAN DAN PEMAJANGAN KOMITMEN SISWA MAMPU MENGENDALIKAN PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA KELAS IX B SEMESTER I SMP TARAKANITA SOLO BARU TAHUN PEMBELAJARAN 2015-2016


PERUMUSAN, PENULISAN DAN PEMAJANGAN KOMITMEN SISWA MAMPU MENGENDALIKAN PENYIMPANGAN PERILAKU

 SISWA KELAS IX B SEMESTER I SMP TARAKANITA SOLO BARU TAHUN PEMBELAJARAN 2015-2016 



MENEMUKAN PERMASALAHAN PTBK
(ABSTRAKSI)

Hasil Refleksi Pemdampingan / Bimbingan :

1. Mata Pelajaran                                            : Bimbingan Konseling
2. Kelas                                                           : IX B SMP Tarakanita Solo Baru     
3. Kendala atau kesulitan yang dialami siswa:
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa kelas IX B , baik secara individual maupun klasikal, sebagian besar siswa seharusnya sudah menunjukkan sikap yang dewasa dan dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, siap menghadapi ujian sekolah / ujian nasional, kenyataannnya mereka kurang memiliki semangat (greget).  Mereka memiliki kecenderungan / anggapan bahwa ujian adalah bukan suatu masalah yang penting. Mereka lebih cenderung bersikap apatis (leleh luweh). Mereka memiliki anggapan bahwa waktu bisa diatur. Namun kenyataannya, banyak waktu yang terbuang sia-sia dengan berbagai aktivitas yang “menyimpang” dari perkiraan para guru dan orang tua. Sebagian besar siswa kelas IX B justru menunjukkan perilaku yang kurang diharapkan. Misalnya, bisa menjadi contoh dan figur adik-adik kelasnya, semakin memahami dan mentaati tata tertib sekolah yang berlaku.
Mereka kurang memiliki komitmen terhadap dirinya sendiri dan banyak dipengaruhi oleh dunia luar yang kenyataan cenderung berpengaruh negatif.
 


                                                           
4. Refleksi awal :
a.  Siswa:
Menurut beberapa siswa yang sempat diajak diskusi, mereka kurang memiliki semangat belajar karena terbatasnya sarana pengikat atau sesuatu hal yang bisa dijadikan sebagai pedoman pengingat. Lebih-lebih yang berupa rumusan tulisan sebagai indikator yang akan dicapai (komitmen) yang bisa dibaca setiap saat. Mereka kurang mampu mengontrol tingkahlakunya. Mereka lebih sering melakukan tindakan yang mereka sukai; yang kenyataannya kurang memberikan dukungan terhadap prestasi belajarnya.

b. Guru:
Beberapa Guru Mata Pelajaran menggerutu dan mengeluh karena siswa kelas IX B kali ini kurang menyadari jika mereka sudah duduk di bangku kelas IX B, sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir sebagai penentu kelulusan. Jika diberi tugas rumah, beberapa siswa tidak mengumpulkan hasil tugasnya. Sedangkan menurut saya (Peneliti / Guru Bimbingan dan Konseling), mereka lebih mengutamakan bermain dari pada belajar.

c.  Media Pembelajaran:
Berdasarkan pengamatan saya (Peneliti / Guru Bimbingan dan Konseling), sebagian besar siswa terpenuhi kebutuhan media belajarnya (buku, alat tulis, dan sejenisnya), baik yang diusahakan oleh orang tua mereka maupun disediakan oleh sekolah, akan tetapi mereka enggan untuk memanfaatkan fasilitas itu secara maksimal. Kemungkinan karena kurangnya pengarahan dan pengawasan dari orang tua / wali siswa dan guru.


ii
d. Proses PBM:
Proses pembelajaran yang “monoton” kemungkinan besar menjadi penyebab  penyimpangan perilaku dan kurangnya motivasi belajar siswa. Lebih diperparah lagi dengan metode, penggunaan sarana belajar, bentuk / model evaluasi yang kurang dipersiapkan / direncanakan. Sebagian besar siswa kurang merasa “tertantang” untuk maju.

5. Alternatif  terapi :
Melalui penulisan kalimat komitmen yang ditulis semenarik mungkin dan di pajang di tempat yang strategis dan setiap saat bisa dibaca, memungkinkan meningkatkan hasrat dan keinginan siswa untuk berperilaku positif, giat dan rajin belajar. Dan akhirnya mampu berprestasi.
Judul :
PERUMUSAN, PENULISAN DAN PEMAJANGAN KOMITMEN SISWA MAMPU MENGENDALIKAN PENYIMPANGAN PERILAKU
 SISWA KELAS IX B SEMESTER I SMP TARAKANITA SOLO BARU TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

 





KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,  berkat dan bimbingan-Nya, saya dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini.
            Kami juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Isteri dan anak saya tercinta, yang telah memberikan dukungan demi terselesaikannya   PTBK ini.
2. Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Pusat dan Wilayah atas pembinaan, kesempatan, perhatian dan bimbingannya  yang diberikan kepada saya.
3. Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru karyawan di SMP Tarakanita Solo Baru, yang telah dengan tulus hati bekerjasama dengan saya demi terselesaikannya PTBK ini.
4. Siswa – siswi SMP Tarakanita, khususnya siswa kelas IX B Semester I Tahun Ajaran 2015-2016.
5. Kepada semua pihak yang mendukung dan tidak bisa saya sebut satu persatu.
            Saya menyadari bahwa PTBK berjudul:
PERUMUSAN, PENULISAN DAN PEMAJANGAN KOMITMEN SISWA MAMPU MENGENDALIKAN PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA KELAS IX B SEMESTER I SMP TARAKANITA SOLO BARU TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
Tentu masih banyak kesalahan dan kekurangannya, untuk itu dengan kerendahan hati, saya memohon saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.
            Akhirnya saya berharap, semoga tulisan ini bisa menambah wawasan dan bahan pembelajaran bagi siapa saja yang berkepentingan.
                                                                                                Solo Baru, 12 Januari 2016
viii



 













Rabu, 20 April 2016

REMAJA NGE"GANK"

REMAJA NGE-“GANK”

Drs. A. Sardi

Benarkah masa remaja masa yang paling indah, walau penuh dengan cobaan ? Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini ditandai dengan ciri-ciri perubahan psikis dan pertumbuhan fisik yang sangat mencolok.

Perubahan psikis yang nampak adalah jiwa eksploitasinya. Yakni ingin mencoba-coba melakukan sesuatu. Jika sesuatu itu menyenangkan, mereka akan berusaha mengulanginya. Tetapi jika sesuatu itu membuatnya sengsara, mereka akan mendendamnya. Maka wajar apabila remaja mengalami sesuatu yang membahagiakan, mereka akan mencerminkan kebahagiaannya dengan meletup-letup. Misalnya bernyanyi sepanjang hari, tertawa terbahak-bahak, berjingkrak-jingkrak. Sebaliknya, jika mereka merasa sengsara, mereka lebih memilih untuk menyendiri dengan mengunci di kamar. Muncul perasaan bahwa hidupnya tidak berarti, ingin mati, ingin “lari” dari belenggunya.

Untuk melakukan kompensasi kegembiraan dan kesedihannya, sebagian besar melakukan “curhat” kepada teman sebayanya. Jarang yang berani bercerita kepada orang tua atau orang dewasa lainnya. Alhasil, setelah didengar “curhat”-nya, lama kelamaan menjadi akrab dan merasa senasib. Terbentuklah kelompok remaja yang disebut GANK.

Banyak remaja yang merasa senang berada di gank-nya, karena dirinya merasa diterima atau merasa di”wongke”. Eksistensinya diakui.

Sebagian besar kegiatan remaja di gank menjurus pada kegiatan yang kurang baik. Perhatikan saja nama-nama gank yang tertulis di tembok pinggir jalan. OBLO (Organisasi Bocah Lali Omah), Joxzin (Joko Sinthing), Perex (Perawan Eksperimen), QIZRUH (Kami Suka Ribut Untuk Hiburan), dll.

Mengapa remaja membentuk sebuah gank ? Faktor utamanya adalah mereka merasa kurang diterima di dalam keluarga dan lingkungan sekolahnya. Keluarga yang “broken” dan banyak tuntutan. Sekolah yang penuh dengan aturan. Dll.

Bagaimana sikap Gereja sendiri menghadapi dunia remaja yang demikian ini ? Khusus di Stasi Kristus Raja Solo Baru sudah terbentuk suatu paguyuban PIR (Pendampingan Iman Remaja) dan paguyuban-paguyuban lain yang berusaha menampung remaja. Tetapi sudahkah paguyuban ini mampu menampung sebagian aspirasi remaja ? Menurut pendapat beberapa remaja yang sempat penulis minta pendapatnya, mereka “enggan” bergabung. Penyebabnya antara lain: tidak ada teman, kegiatannya membosankan (hanya itu-itu saja) dan kurang “seru”, orang tua kurang memberi dukungan.

Secara psikologis, remaja memang membutuhkan suatu tantangan-tantangan baru. Mereka senang akan kegiatan-kegiatan yang menantang, vareatif dan ekspoitatif. Tidak memandang dan peduli itu penuh dengan resiko atau tidak. 

Remaja tidak senang dijejali dengan teori-teori norma dan dogma. Untuk itu perlu diadakan kegiatan yang sesuai dengan dunianya. Tentu saja dibutuhkan pula pendamping yang mengetahui dunia remaja.

Materi pendampingan remaja perlu dikemas dalam suatu permainan atau games yang bersifat kompetitif. Tentu saja dalam permainan tersebut terkandung unsure nilai-nilai hidup yang harus diperjuangkan.

Yang tidak kalah penting adalah peran serta dan dukungan orang tua. Orang tua harus menyadari bahwa selain melakukan pendampingan remajanya menggali ilmu pengetahuan untuk bekal kemudian, juga harus menyedari bahwa pendidikan iman bagi remajanya sangatlah penting. Tak akan berarti suatu perbuatan jika tidak didasari oleh iman.

Sebagai salah satu hal yang konkrit, doronglah remajanya untuk terlibat aktif dalam suatu paguyuban yang bersedia menampung remaja. Di Stasi Kristus Raja ada beberapa paguyuban dan kegiatan yang melibatkan remaja, antara lain: lektor, misdinar, koor, tatib, persembahan, parker, dll.

Remaja adalah asset kita bersama. Generasi penerus kita. Mari kita perhatikan keberadaannya. Mari kita berikan wadah dan kesempatan berkiprah sesuai dengan kemampuannya.

Jika kita tidak mampu ikut “cawe-cawe” dengan berperan aktif membina dan mendampingi remaja. Mari kita sisipkan permohonan dalam setiap kegiatan doa untuk remaja-remaja kita agar lurus jalannya.



A.Sardi