Minggu, 12 Juni 2016

Bab II: UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN BERSERAGAM DALAM UPACARA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS 8A SMP NEGERI 2 GROGOL SEMESTER II TAHUN 2012/2013



UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN BERSERAGAM
DALAM UPACARA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK SISWA KELAS 8A SMP NEGERI 2 GROGOL
SEMESTER II TAHUN 2012/2013



KAJIAN PUSAKA
A.   Landasan Teori
1.     Peningkatan disiplin berseragam dalam upacara
a.      Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dan kata disiplin atau self control berasal dan bahasa Yunani yang berarti menggenggam atau memegang erat. Kata ini sesungguhnya menjelaskan tentang cara orang yang bersedia menggenggam hidupnya dan mengendalikan seluruh bagian hidupnya yang membawanya pada kesuksesan atau kegagalan. John Maxwell mendefinisikan disiplin sebagai suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yanag kita inginkan dengan melaksanakan apa yang tidak inginkan.
Kedisiplinan merupakan salah satu yang harus ditanamkan ke dalam diri peserta didik oleh pendidikan. Jika sifat kedisiplinan pada diri peserta didik telah tertanam, maka sifat kedisiplinan pada tersebut akan dapat diterapkan dalam berbagai urusan, tak terkecuali dalam kebiasaan belajar. Dengan kata lain tertanamnya, dan berkembangnya kedisiplinan pada diri peserta didik bisa dipastikan akan member andil besar terhadap kualitas pendidikan. Kedisiplinan yang dimiliki peserta didik merupakan bekal dalam bentuk sikap dan kepribadian yang andal dan mandiri dalam menghadapi masalah hidup dan kehidupan baik disekolah maupun masyarakat.
Dalam bahasa Indonesia istilah disiplin kerapkali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh sesuatu yang dating dari luar dirinya. Sebaliknya istilah disiplin sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena kesadaran dan dorongan dan dalam orang itu. Istilah tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
Bohar Soeharto (Tulus Tu’u, 2004 : 33) menyebutkan 3 hal mengenai disiplin, yakni disiplin sebagai latihan, disiplin sebagai hukuman, dan disiplin sebagai alat pendidikan. Adapun penjelasannya dapat dipaparkan sebagai berikut ini.
1). Disiplin sebagai latihan untuk menuruti kemauan seseorang.
      “ Melatih dan menurut “ berarti jika seseorang member  perintah, orang lain akan menuruti perintah itu.
2). Disiplin sebagai hukuman. Bila seseorang berbuat salah, harus dihukum. Hukuman sebagai upaya mengeluarkan yang jelek dan dalam diri seseorang hingga menjadi baik.
3). Disiplin sebagai alat mendidik. Anak memiliki potensi untuk berkembang melalui interaksi dengan lingkungan dalam interaksi tersebut anak belajar nilai-nilai.
Pendidikan disiplin bagi siswa merupakan modal dasar dalam menimba ilmu pengetahuan, karena disiplin merupakan kunci untuk mencapai tujuan. Dengan sikap mental yang seharusnya pada saat yang tepat dan menghargai waktu. Dampak dalam kerapian berseragam siswa akan berkembang menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari siswa disekolah terutama mengikuti upacara.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kerapian berseragam adalah berlaku baik, teratur, tertib, saat memakai seragam atau pakaian yang diwajibkan. Disiplin kerapian berseragam menurut SMPN 2 Grogol adalah siswa mengikuti aturan cara berpakaian seragam yang tidak menyimpang dari aturan agama dan sudah dituangkan dalam peraturan tata tertib sekolah.
b.      Kriteria dalam Aturan Berseragam
Berdasarkan tata tertib siswa SMPN 2 Grogol kerapian meliputi :
       1). Kerapian dalam berseragam
       2). Kerapian rambut, kuku, make up
Disiplin kerapian memakai seragam menurut tata tertib SMPN 2 Grogol adalah siswa wajib mengenakan pakaian seragam sekolah dengan ketentuan :
a). Umum
     (1). Sopan dan tertib
     (2). Baju warna putih, bawah warna biru
     (3). Memakai badge OSIS dan lokasi sekolah
     (4). Topi sekolah dipakai saat upacara bendera
     (5). Ikat pinggang warna hitam
(6). Sepatu hitam polos, tinggi sepatu tidak melebihi mata kaki,          kaos kaki warna putih polos indentitas SMPN 2 Grogol, minimal 5 cm di atas mata kaki.
(7). Pakaian tidak tipis, tembus pandang, tidak ketat.
(8). Setiap pelajaran olah raga, siswa wajib memakai pakaian olah raga yang telah ditetapkan sekolah.
(9). Pakaian pramuka wajib dipakai setiap hari Rabu dan Kamis, sepatu hitam, kaos kaki hitam identitas SMPN 2 Grogol.
(10). Pakaian identitas sekolah (ice Blue) wajib dipakai setiap hari Jum’at dan Sabtu bebas, kaos kaki putih polos.  
(11). Selama mengenakan seragam sekolah, topi yang boleh dipakai adalah topi OSIS.
b). Khusus bagi siswa laki-laki
(1). Baju dimasukkan dalam celana dan ikat pinggang harus terlihat.
(2). Panjang celana maksimal pas lutut
(3). Celana dan lengan baju tidak digulung
(4). Celana tidak sobek dan dijahit cutbrai
(5). Tidak memakai perhiasan/aksesories
c). Khusus bagi siswa perempuan
     (1). Baju dimasukkan dan ikat pinggang harus dimasukkan
     (2). Panjang rok 5 cm dibawah lutut
(3). Bagi yang berjilbab, panjang rok sampai mata kaki dan jilbab warna putih.
(4). Tidak memakai perhiasan atau aksesories yang menyolok dan berlebihan
(5). Lengan baju tidak dugulung

2.     Bimbingan Kelompok
a.      Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sejumlah konseli/klien pada waktu yang sama. Jumlahnya dapat bervariasi, yang ideal maksimal 6 orang, meskipun bisanya berkisar antara 4 sampai 8 orang (Banun Sri Haksasi, 2009).
Bimbingan kelompok dilaksanakan dengan cara menghidupkan dinamika kelompok dalam membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangaan pribadi peserta didik, pencegahan maupun pengentasan masalah yang menjadi anggota bimbingan kelompok. Sebagai bahan pengembangan pribadi, pencegahan dan pengentasan masalah, dalam bimbingan kelompok dapat membahas masalah-masalah atual dan penting yang berkembang di masyarakat yang relevan dengan masalah kelompok. Lewat pembahasan masalah-masalah actual dimaksud, masing-masing anggota bimbingan kelompok dapat memperoleh pencerahan tentang suatu masalah dan kemungkinan penerapannya terhadap diri mereka masing-masing. Masing-masing peserta bimbingan kelompok dapat mengambil sikap yang terbaik dalam bertindak berdasarkan suatu pemahaman. Dengan kata lain peserta didik dapat mengerjakan suatu tindakan tertentu berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai.  
b.     Macam-macam Kelompok
Kelompok individu dalam melakukan aktivitas kelompok dikenal adanya :
(1).  Kelompok Primer dan kelompok Sekunder
        Kelompok primer merupakan kelompok yang anggotanya bertemu secara langsung, hubungannya akrab, saling membantu dan secara bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan kelompok sekunder merupakan kelompok yang anggotanya tidak langsung. Lebih bersifat formal dan pertemuan antar anggotanya berlangsung pada waktu-waktu tertentu saja. Di dalam kelompok sekunder terdapat pimpinan dan anggota secara formal, ada peraturan yang mengatur kegiatan pemimpin, hubungan antar anggota dan hubungan dengan luar kelompok.
(2).   Kelompok Psikologis dan Sosial
        Kelompok psikologis adalah kelompok yang memiliki ciri :
(a). bersifat informal, dalam arti hampir tidak mempunyai peraturan-peraturan, dan andai ada peraturan maka hal itu berasifat sementara.         
(b). keanggotaannya bersifat sukarela dan biasanya homogin
(c).  Jumlah anggotanya kecil, sampai 4 orang
(d). Tujuannya untuk memuaskan kebutuhan emosional anggota, tetapi biasanya tujuan ini tidak dirumuskan secara tegas karena adanya perasaan senasib.
(e). Ada hubungan pribadi yang mendalam di antara anggota kelompok .
(3).   In-group dan Out group
        In-group adalah kelompok yang anggotanya secara sadar mengidentifikasi dirinya, melibatkan dirinya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan kelompok. Keterlibatan individu dalam kegiatan kelompok ditentukan oleh sikap bekerjasama, khususnya dalam situasi-situasi sosial tertentu. Sedangkan dalam Out-group, jika individu tidak melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan karenanya tidak diikutsertakan oleh kelompoknya.
(4).   Kelompok Tertutup dan Berkesinambungan
        Kelompok tertutup adalah kelompok yang jumlah anggotanya tetap, mereka merupakan individu-individu yang sejak awal sampai akhir menjadi anggota kelompok tersebut. Individu lain tidak boleh masuk mengikuti kegiatan kelompok selama proses kelompok berlangsung. Adapun kelompok berkesinambungan yang sering disebut dengan nama kelompok terbuka adalah kelompok berlangsung.


c.      Unsur utama Suasana Kelompok
 Suasana Kelompok yaitu situasi hubungan antar semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat merupakan wahana masing-masing anggota kelompok dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan maslahnya. Dari berbagai reaksipun dapat merupakan peluang yang sangat berharga bagi perorangan yang bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang disebut dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa kebermanfaataan bagi para anggotanya. Melalui dinamika kehidupan kelompok tersebut setiap anggota kelompok diupayakan untuk tetap sebagai pribadi yang sedang mengembangkan kemadiriannya dalam hubungaannya dengan orang lain. Mengingat upaya memperoleh kemandirian individu dalam berkehidupan berkelompok dibatasi oleh upaya yang sama yang dilakukan oleh anggota yang lain, maka pengembangan diri pribadi dan kepengtingan kelompok diupayakan untuk saling menghidupi. Karenanya tiap anggota kelompok diupayakan dapat dan mampu mengendalikan diri, bertenggang rasa, sehingga masing-masing individu berupaya mewujudkan diri (aktualisasi diri) secara penuh dengan mengingat kepengtingan orang lain.
Unsur utama dari suasana kelompok menurut para pakar penting untuk diperhatikan guna memberikan penilaian terhadap kehidupan kelompok terkait dengan suasana kelompok dalam kategori baik ataupun kurang baik dengan memperhatikan pada:
(1)  Saling hubungan dinamis antar anggota,
(2)  tujuan bersama,
(3) hubungan antara besarnya kelompok (banyaknya anggota kelompok), dan sifat kelompok,
(4) iktikat dan sikap terhadap orang lain,
(5) kemampuan untuk mandiri.
d.     Anggota Kelompok
Kenggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Kegiatan dalam kehidupan kelompok sebagian besar didasarkan atas peran yang diaminkan para anggotanya, karenanya keaktifan para anggota kelompok menentukan dinamika yang terjadi pada suatu kelompok. Dinamika kelompok dapat dibangun dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
(1)  Keragaman dan Keseragaman
a.      Jenis Kelompok
Untuk tujuan-tujuan tertentu dalam pembentukan kelompok diperlukan pertimbangan terkait dengan jumlah anggota, keseimbangan antara laki-laki dan perempuan. Untuk peserta didik usia SMP pada umumnya akan menguntungkan bila di bentuk kelompok dengan anggota yang jenis kelaminya sama dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya campuran. Peserta didik usia SMP akan merasa lebih bebas berbicara dengan teman-teman sejenis. Sedangkan pertimbangan keragaman diperlukan pada umumnya didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kegiatan kelompok itu. Masalah-masalah yang terjadi di sekolah menyangkut soal disiplin, motif berprestasi, ketrampilan bergaul, rasa malu, kurang pandai bergaul, dan semisalnya keberagaman anggota perlu dipertimbangkan tentang perlunya anggota sejenis atau campuran.
b.     Umur
Dinamika kelompok pada umumnya dapat berkembang dengan baik manakala kelompok terdiri atas anggota yang seumur. Kesetaraan usia dapat menghilangkan jarak, rasa sungkan antar anggota.
c.      Kepribadian
Kepribadian merupakan cara yang unik yang ditampilkan individu dalam menghadapi lingkungan. Oleh karena itu keberagaman dan/atau kepribadian yang relative seragam dari anggota kelompok dapat berkontribusi positif atau negative bagi kelompok. Jika perbedaan diantara anggota kelompok amat besar, maka komunikasi antar anggota kelompok akan mengalami banyak masalah, sebaliknya kesamaan di antara anggota kelompok tersebut sangat besar, dampak negatifnya terhadap kelompok juga besar, hasilnya dapat merugikan kelompok, yaitu dinamika kelompok akan
” tidak hidup”. Misalnya , kelompok yang angotanya terdiri atas anak-anak yang kurang pandai bergaul, maka antar anggota kelompok tidak memperoleh keterampilan baru dari anggota kelompok tentang cara dapat bergaul dengan baik. Berbeda dengan kelompok dengan anggota campuran, kelompok tersebut terdiri dari anak yang memiliki keterampilan beragam dalam bergaul. Para anggota yang masuk dalam kategori kurang dapat bergaul akan memperoleh pengetahuan yang dirasa tepat untuk dirinya dalam bergaul dari anggota yang pandai bergaul, sehingga kemampuannya dalam bergaul menjadi meningkat. Dengan kata  lain anggota kelompok yang pandai bergaul tersebut menjadi contoh bagi anggota kelompok yang kurang pandai bergaul. Sementara anggota kelompok yang masuk kategori pandai bergaulpun bisa mendapatkan manfaat dari pengalaman anggota kelompok yang tidak pandai bergaul, lewat kekurangan-kekuranganyang ditampilkan oleh anggota kelompok tersebut ia dapat mensikapi, mencari strategi dalam menghadapi bermacam tipe orang, sehingga ia dapat sukses menjalin hubungan dengan orang lain.


d.     Hubungan Awal
Keberangkatan dan keseragaman anggota kelompok juga berkaitan dengan hubungan awal yang terjadi di antara anggota kelompok sebelum kegiatan kelompok dimulai. Keakraban dapat mewarnai hubungan antar anggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan dirasakan oleh para anggota yang belum saling mengenal. Namun kedua kondisi kelompok dalam kaitannya dengan hubungan awal juga memiliki sisi yang berlawanan. Pada anggota yang telah saling mengenal dimungkinkan adanya kesan-kesan tertentu (negatif) di antara anggotanya. Bila hal dalam aktivitas kelompok akan terganggu. Sedangkan anggota kelompok yang pada awalnya belum mengenal atau belum berhubungan, kesan negatif antar anggota kelompok belum terbentuk, sehingga jika kesukarelaan untuk berkegiatan berkelompok telah tercipta maka keterbukaan dan ketulusan dalam kegiatan kelompok akan dapat mereka tampilkan.
(2)     Peranan Anggota Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kondisi yang harus dihidupkan dalam kegiatan berkelompok. Hidup tidaknya dinamika kelompok akan sangat bergantung pada masing-masing anggota dalam memainkan perannya dalam aktivitas kelompok ialah manakala mereka mau :
(a). Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
(b). Mencurahkan semua perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
(c). Berusaha agar yang dilakukan itu membantu tercapainya tujuan bersama.
(d). Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
(e). Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam keseluruhan kegiatan kelompok.
(f).  Mampu berkomunikasi secara terbuka.
(g). Berusaha membantu yang lain.
(h). Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan perannya.
(i). Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
(3)  Usaha Mempersiapkan Anggota Kelompok
Usaha mempersiapkan anggota kelompok merupakan peran yang harus dimainkan oleh pemimpin kelompok. Peran ini memiliki peranan penting dalam hubungannya dengan diperolehnya anggota kelompok yang mampu melaksanakan perannya masing-masing dalam kegiatan kelompok, sehingga dinamika kelompok yang harus diwujudkan dalam kehidupan kelompok dapat terjadi. Dalam rangka mempersiapkan anggota kelompok dimaksud pemimpin kelompok dalam hal ini guru pembimbing harus menyampaikan :
(a). tentang apa-apa yang diharapkan dari para anggota, seperti suasana khusus yang terjadi dalam kelompok yang akan diselenggarakan, peran yang harus dimainkan pemimpin kelompok.
(b). Bahwa keikutsertaan dalam kelompok adalah suka rela.
(c). Bahwa anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan atau menolak saran-saran yang disampaikan anggota lain.
(d). Bahwa hasil kegiatan kelompok tidak mengikat para anggota kelompok dalam kehidupan mereka di luar kelompok.
(e). Bahwa segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok adalah bersifat rahasia. Anggota dan pemimpin kelompok wajib menjaga kerahasiaan tersebut.
(f). Penghargaan terhadap kesukarelaan dan keberaniaan anggota kelompok mengikuti kegiatan kelompok.
Di awal kegiatan kelompok, pemimpin kelompok perlu menjelaskan semua hal tersebut di atas. Setelah penjelasan tersebut pada umumnya kegiatan kelompok yang sebenarnya sudah dimulai. Tugas pemimpin kelompok selanjutnya adalah memperhatikan tingkat kesiapan anggota kelompok dalam menjalani kegiatan kelompok, yang meliputi kesiapan masing-masing anggota untuk:
(a)   Mengemukakan pendapat dan/atau isi hatinya.
(b)  Kesiapan anggota untuk membenaskan diri dari rasa enggan dan sikap mempertahankan diri.
(c)   Dapat menerima tanggapan yang mendalam dan lebih “menyentuh” tentang tingkah lakunya, dan
(d)  Mendiskusikan tingkah laku yang secara social tidak bisa dibenarkan.
Bimbingan kelompok dengan anggota “kelompok bebas”, antar anggota yang kondisinya belum saling mengenal (asing), tugas menyiapkan anggota untuk sampai pada kondisi memiliki kesiapan untuk berkegiatan dalam kelompok merupakan tugas yang berat bagi guru pembibing yang menjadi pemimpin kelompok. Karena itu keberhasilan pemimpin kelompok dalam hal ini sangat menentukan keberhasilan kelompok.
Monk, Knoers dan Sri Rahayu dalam Psikologi Perkembangan (1982) mengatakan masa remaja adalah fase perantara untuk anak dalam memasuki dunia nyata dan menunaikan tugas sosial. Sehingga dalam masa ini banyak sekali perilaku atau sikap sisiwa sebagai remaja yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan atau aturan-aturan yang tidak sesuai dengan kebiasaannya. Oleh karena itu para siswa yang mengalami kesulitan penyesuaian terutama siswa yang melakukan pelanggaran disiplin kerapian berseragam perlu diberikan tuntunan, penjelasan melalui hubungan dalam kelompok agar mengerti kekeliruan atau sikap yang ditunjukannya kurang sesuai dan tidak dibenarkan pada lingkungan di mana ia berada dan harus segera dirubah dan tidak menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Bagi siswa yang diberikan pendidikan atau pengajaran saja sudah tahu dan mulai menunjukkan perubahan sikap tidak perlu diarahkan dalam kelompok, tetapi bagi siswa yang diberikan pendidikan masih melakukan pelanggaran disiplin kerapian berseragam harus masuk dalam kelompok untuk dapat belajar bersama-sama dengan siswa yang lain dan menyelesaikan masalahnya, mengambil keputusan dan akhirnya dapat bersikap sesuai dengan tuntunan lingkungannya dalam menerapkan disiplin kerapian berseragam.
B.          Kerangka Berpikir
Berdasarkan telaah teori dan pendapat para pakar pada uraian di atas                 maka penyelesaian masalah kelas pada kasus kedisiplinan kerapian berseragam dalam mengikuti lewat layanan bimbingan kelompok dapat diformulasikan kerangka berfikir penelitian sebagai berikut ini.

 









Gambar 1
Skema Kerangka Berpikir

Dari skema kerangka berpikir dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan pemenuhan tata tertib di sekolah antara yang diharapkan dan kenyataan. Upaya untuk menegakkan tata tertib sekolah, khususnya dalam upacara ditempuh jalan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Setelah siswa yang bermasalah dengan pemenuhan tata tertib diberikan layanan bimbingan kelompok, pelanggaran terhadap tara tertib menjadi tidak ada atau paling tidak dapat berkurang.

C.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diformulasikan, hipotesis tindakan kelas ini adalah “Penggunaan metode Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan disiplin kerapian berseragam bagi siswa SMPN 2 Grogol pada semester II tahun ajaran 2012/2013.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar