UPAYA PENINGKATAN
DISIPLIN BERSERAGAM
DALAM UPACARA MELALUI
LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK SISWA KELAS 8A
SMP NEGERI 2 GROGOL
SEMESTER II TAHUN
2012/2013
KAJIAN PUSAKA
A.
Landasan Teori
1. Peningkatan
disiplin berseragam dalam upacara
a. Pengertian
Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dan kata disiplin atau self
control berasal dan bahasa Yunani yang berarti menggenggam atau memegang erat.
Kata ini sesungguhnya menjelaskan tentang cara orang yang bersedia menggenggam
hidupnya dan mengendalikan seluruh bagian hidupnya yang membawanya pada
kesuksesan atau kegagalan. John Maxwell mendefinisikan disiplin sebagai suatu
pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yanag kita inginkan dengan melaksanakan
apa yang tidak inginkan.
Kedisiplinan merupakan salah satu yang harus
ditanamkan ke dalam diri peserta didik oleh pendidikan. Jika sifat kedisiplinan
pada diri peserta didik telah tertanam, maka sifat kedisiplinan pada tersebut
akan dapat diterapkan dalam berbagai urusan, tak terkecuali dalam kebiasaan
belajar. Dengan kata lain tertanamnya, dan berkembangnya kedisiplinan pada diri
peserta didik bisa dipastikan akan member andil besar terhadap kualitas
pendidikan. Kedisiplinan yang dimiliki peserta didik merupakan bekal dalam
bentuk sikap dan kepribadian yang andal dan mandiri dalam menghadapi masalah
hidup dan kehidupan baik disekolah maupun masyarakat.
Dalam bahasa Indonesia istilah disiplin kerapkali
terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah
ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau
tata tertib karena didorong oleh sesuatu yang dating dari luar dirinya.
Sebaliknya istilah disiplin sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatan yang muncul
karena kesadaran dan dorongan dan dalam orang itu. Istilah tata tertib berarti
perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan
teratur.
Bohar Soeharto (Tulus Tu’u, 2004 : 33) menyebutkan 3
hal mengenai disiplin, yakni disiplin sebagai latihan, disiplin sebagai
hukuman, dan disiplin sebagai alat pendidikan. Adapun penjelasannya dapat
dipaparkan sebagai berikut ini.
1). Disiplin sebagai latihan untuk menuruti kemauan
seseorang.
“ Melatih dan menurut “ berarti jika seseorang
member perintah, orang lain akan
menuruti perintah itu.
2). Disiplin sebagai hukuman. Bila
seseorang berbuat salah, harus dihukum. Hukuman sebagai upaya mengeluarkan yang
jelek dan dalam diri seseorang hingga menjadi baik.
3). Disiplin sebagai alat mendidik.
Anak memiliki potensi untuk berkembang melalui interaksi dengan lingkungan
dalam interaksi tersebut anak belajar nilai-nilai.
Pendidikan disiplin bagi siswa merupakan modal dasar
dalam menimba ilmu pengetahuan, karena disiplin merupakan kunci untuk mencapai
tujuan. Dengan sikap mental yang seharusnya pada saat yang tepat dan menghargai
waktu. Dampak dalam kerapian berseragam siswa akan berkembang menjadi budaya
dalam kehidupan sehari-hari siswa disekolah terutama mengikuti upacara.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kerapian
berseragam adalah berlaku baik, teratur, tertib, saat memakai seragam atau
pakaian yang diwajibkan. Disiplin kerapian berseragam menurut SMPN 2 Grogol
adalah siswa mengikuti aturan cara berpakaian seragam yang tidak menyimpang
dari aturan agama dan sudah dituangkan dalam peraturan tata tertib sekolah.
b. Kriteria dalam Aturan Berseragam
Berdasarkan tata tertib siswa SMPN 2 Grogol kerapian
meliputi :
1).
Kerapian dalam berseragam
2).
Kerapian rambut, kuku, make up
Disiplin kerapian memakai seragam menurut tata
tertib SMPN 2 Grogol adalah siswa wajib mengenakan pakaian seragam sekolah
dengan ketentuan :
a). Umum
(1).
Sopan dan tertib
(2).
Baju warna putih, bawah warna biru
(3).
Memakai badge OSIS dan lokasi sekolah
(4).
Topi sekolah dipakai saat upacara bendera
(5).
Ikat pinggang warna hitam
(6). Sepatu hitam
polos, tinggi sepatu tidak melebihi mata kaki, kaos kaki warna putih polos
indentitas SMPN 2 Grogol, minimal 5 cm di atas mata kaki.
(7). Pakaian tidak
tipis, tembus pandang, tidak ketat.
(8). Setiap pelajaran
olah raga, siswa wajib memakai pakaian olah raga yang telah ditetapkan sekolah.
(9). Pakaian pramuka
wajib dipakai setiap hari Rabu dan Kamis, sepatu hitam, kaos kaki hitam
identitas SMPN 2 Grogol.
(10). Pakaian identitas sekolah
(ice Blue) wajib dipakai setiap hari Jum’at dan Sabtu bebas, kaos kaki putih
polos.
(11). Selama mengenakan seragam
sekolah, topi yang boleh dipakai adalah topi OSIS.
b). Khusus
bagi siswa laki-laki
(1). Baju dimasukkan dalam
celana dan ikat pinggang harus terlihat.
(2). Panjang celana
maksimal pas lutut
(3). Celana dan lengan
baju tidak digulung
(4). Celana tidak sobek
dan dijahit cutbrai
(5). Tidak memakai
perhiasan/aksesories
c). Khusus bagi siswa perempuan
(1).
Baju dimasukkan dan ikat pinggang harus dimasukkan
(2).
Panjang rok 5 cm dibawah lutut
(3). Bagi yang
berjilbab, panjang rok sampai mata kaki dan jilbab warna putih.
(4). Tidak memakai
perhiasan atau aksesories yang menyolok dan berlebihan
(5). Lengan baju tidak
dugulung
2. Bimbingan
Kelompok
a. Pengertian
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sejumlah konseli/klien pada
waktu yang sama. Jumlahnya dapat bervariasi, yang ideal maksimal 6 orang,
meskipun bisanya berkisar antara 4 sampai 8 orang (Banun Sri Haksasi, 2009).
Bimbingan kelompok dilaksanakan dengan cara
menghidupkan dinamika kelompok dalam membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangaan pribadi peserta didik, pencegahan maupun pengentasan masalah yang
menjadi anggota bimbingan kelompok. Sebagai bahan pengembangan pribadi,
pencegahan dan pengentasan masalah, dalam bimbingan kelompok dapat membahas
masalah-masalah atual dan penting yang berkembang di masyarakat yang relevan
dengan masalah kelompok. Lewat pembahasan masalah-masalah actual dimaksud,
masing-masing anggota bimbingan kelompok dapat memperoleh pencerahan tentang
suatu masalah dan kemungkinan penerapannya terhadap diri mereka masing-masing.
Masing-masing peserta bimbingan kelompok dapat mengambil sikap yang terbaik
dalam bertindak berdasarkan suatu pemahaman. Dengan kata lain peserta didik
dapat mengerjakan suatu tindakan tertentu berdasarkan pengetahuan yang telah
dikuasai.
b. Macam-macam
Kelompok
Kelompok individu dalam melakukan aktivitas kelompok
dikenal adanya :
(1). Kelompok Primer dan kelompok Sekunder
Kelompok
primer merupakan kelompok yang anggotanya bertemu secara langsung, hubungannya
akrab, saling membantu dan secara bersama-sama memecahkan masalah yang
dihadapi. Sedangkan kelompok sekunder merupakan kelompok yang anggotanya tidak
langsung. Lebih bersifat formal dan pertemuan antar anggotanya berlangsung pada
waktu-waktu tertentu saja. Di dalam kelompok sekunder terdapat pimpinan dan anggota
secara formal, ada peraturan yang mengatur kegiatan pemimpin, hubungan antar
anggota dan hubungan dengan luar kelompok.
(2). Kelompok Psikologis dan Sosial
Kelompok psikologis adalah kelompok yang
memiliki ciri :
(a). bersifat
informal, dalam arti hampir tidak mempunyai peraturan-peraturan, dan andai ada
peraturan maka hal itu berasifat sementara.
(b).
keanggotaannya bersifat sukarela dan biasanya homogin
(c). Jumlah anggotanya kecil, sampai 4 orang
(d). Tujuannya
untuk memuaskan kebutuhan emosional anggota, tetapi biasanya tujuan ini tidak
dirumuskan secara tegas karena adanya perasaan senasib.
(e). Ada
hubungan pribadi yang mendalam di antara anggota kelompok .
(3). In-group dan Out group
In-group
adalah kelompok yang anggotanya secara sadar mengidentifikasi dirinya,
melibatkan dirinya, dan keikutsertaannya dalam kegiatan kelompok. Keterlibatan
individu dalam kegiatan kelompok ditentukan oleh sikap bekerjasama, khususnya
dalam situasi-situasi sosial tertentu. Sedangkan dalam Out-group, jika individu
tidak melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan karenanya tidak
diikutsertakan oleh kelompoknya.
(4). Kelompok Tertutup dan Berkesinambungan
Kelompok
tertutup adalah kelompok yang jumlah anggotanya tetap, mereka merupakan
individu-individu yang sejak awal sampai akhir menjadi anggota kelompok
tersebut. Individu lain tidak boleh masuk mengikuti kegiatan kelompok selama
proses kelompok berlangsung. Adapun kelompok berkesinambungan yang sering
disebut dengan nama kelompok terbuka adalah kelompok berlangsung.
c. Unsur
utama Suasana Kelompok
Suasana
Kelompok yaitu situasi hubungan antar semua orang yang terlibat dalam kelompok,
dapat merupakan wahana masing-masing anggota kelompok dapat memanfaatkan semua
informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk
kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan maslahnya. Dari berbagai reaksipun
dapat merupakan peluang yang sangat berharga bagi perorangan yang bersangkutan.
Kesempatan timbal balik inilah yang disebut dinamika dari kehidupan kelompok
yang akan membawa kebermanfaataan bagi para anggotanya. Melalui dinamika
kehidupan kelompok tersebut setiap anggota kelompok diupayakan untuk tetap
sebagai pribadi yang sedang mengembangkan kemadiriannya dalam hubungaannya
dengan orang lain. Mengingat upaya memperoleh kemandirian individu dalam
berkehidupan berkelompok dibatasi oleh upaya yang sama yang dilakukan oleh
anggota yang lain, maka pengembangan diri pribadi dan kepengtingan kelompok
diupayakan untuk saling menghidupi. Karenanya tiap anggota kelompok diupayakan
dapat dan mampu mengendalikan diri, bertenggang rasa, sehingga masing-masing
individu berupaya mewujudkan diri (aktualisasi diri) secara penuh dengan
mengingat kepengtingan orang lain.
Unsur utama dari suasana kelompok menurut para pakar
penting untuk diperhatikan guna memberikan penilaian terhadap kehidupan
kelompok terkait dengan suasana kelompok dalam kategori baik ataupun kurang
baik dengan memperhatikan pada:
(1) Saling
hubungan dinamis antar anggota,
(2) tujuan
bersama,
(3) hubungan antara besarnya
kelompok (banyaknya anggota kelompok), dan sifat kelompok,
(4) iktikat dan sikap terhadap orang lain,
(5) kemampuan untuk mandiri.
d. Anggota
Kelompok
Kenggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam
proses kehidupan kelompok. Kegiatan dalam kehidupan kelompok sebagian besar
didasarkan atas peran yang diaminkan para anggotanya, karenanya keaktifan para
anggota kelompok menentukan dinamika yang terjadi pada suatu kelompok. Dinamika
kelompok dapat dibangun dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
(1) Keragaman
dan Keseragaman
a. Jenis
Kelompok
Untuk tujuan-tujuan tertentu dalam pembentukan
kelompok diperlukan pertimbangan terkait dengan jumlah anggota, keseimbangan
antara laki-laki dan perempuan. Untuk peserta didik usia SMP pada umumnya akan
menguntungkan bila di bentuk kelompok dengan anggota yang jenis kelaminya sama
dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya campuran. Peserta didik usia SMP
akan merasa lebih bebas berbicara dengan teman-teman sejenis. Sedangkan pertimbangan
keragaman diperlukan pada umumnya didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu yang
akan dicapai dengan kegiatan kelompok itu. Masalah-masalah yang terjadi di
sekolah menyangkut soal disiplin, motif berprestasi, ketrampilan bergaul, rasa
malu, kurang pandai bergaul, dan semisalnya keberagaman anggota perlu
dipertimbangkan tentang perlunya anggota sejenis atau campuran.
b. Umur
Dinamika kelompok pada umumnya dapat berkembang
dengan baik manakala kelompok terdiri atas anggota yang seumur. Kesetaraan usia
dapat menghilangkan jarak, rasa sungkan antar anggota.
c. Kepribadian
Kepribadian merupakan cara yang unik yang
ditampilkan individu dalam menghadapi lingkungan. Oleh karena itu keberagaman
dan/atau kepribadian yang relative seragam dari anggota kelompok dapat berkontribusi
positif atau negative bagi kelompok. Jika perbedaan diantara anggota kelompok
amat besar, maka komunikasi antar anggota kelompok akan mengalami banyak
masalah, sebaliknya kesamaan di antara anggota kelompok tersebut sangat besar,
dampak negatifnya terhadap kelompok juga besar, hasilnya dapat merugikan
kelompok, yaitu dinamika kelompok akan
” tidak hidup”. Misalnya , kelompok yang angotanya
terdiri atas anak-anak yang kurang pandai bergaul, maka antar anggota kelompok
tidak memperoleh keterampilan baru dari anggota kelompok tentang cara dapat
bergaul dengan baik. Berbeda dengan kelompok dengan anggota campuran, kelompok
tersebut terdiri dari anak yang memiliki keterampilan beragam dalam bergaul.
Para anggota yang masuk dalam kategori kurang dapat bergaul akan memperoleh
pengetahuan yang dirasa tepat untuk dirinya dalam bergaul dari anggota yang
pandai bergaul, sehingga kemampuannya dalam bergaul menjadi meningkat. Dengan
kata lain anggota kelompok yang pandai
bergaul tersebut menjadi contoh bagi anggota kelompok yang kurang pandai
bergaul. Sementara anggota kelompok yang masuk kategori pandai bergaulpun bisa
mendapatkan manfaat dari pengalaman anggota kelompok yang tidak pandai bergaul,
lewat kekurangan-kekuranganyang ditampilkan oleh anggota kelompok tersebut ia
dapat mensikapi, mencari strategi dalam menghadapi bermacam tipe orang,
sehingga ia dapat sukses menjalin hubungan dengan orang lain.
d. Hubungan
Awal
Keberangkatan dan keseragaman anggota kelompok juga
berkaitan dengan hubungan awal yang terjadi di antara anggota kelompok sebelum
kegiatan kelompok dimulai. Keakraban dapat mewarnai hubungan antar anggota
kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan
akan dirasakan oleh para anggota yang belum saling mengenal. Namun kedua
kondisi kelompok dalam kaitannya dengan hubungan awal juga memiliki sisi yang
berlawanan. Pada anggota yang telah saling mengenal dimungkinkan adanya kesan-kesan
tertentu (negatif) di antara anggotanya. Bila hal dalam aktivitas kelompok akan
terganggu. Sedangkan anggota kelompok yang pada awalnya belum mengenal atau
belum berhubungan, kesan negatif antar anggota kelompok belum terbentuk,
sehingga jika kesukarelaan untuk berkegiatan berkelompok telah tercipta maka
keterbukaan dan ketulusan dalam kegiatan kelompok akan dapat mereka tampilkan.
(2) Peranan
Anggota Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kondisi yang
harus dihidupkan dalam kegiatan berkelompok. Hidup tidaknya dinamika kelompok
akan sangat bergantung pada masing-masing anggota dalam memainkan perannya
dalam aktivitas kelompok ialah manakala mereka mau :
(a). Membantu terbinanya suasana
keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
(b). Mencurahkan semua perasaan
dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
(c). Berusaha agar yang dilakukan
itu membantu tercapainya tujuan bersama.
(d). Membantu tersusunnya aturan
kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
(e). Benar-benar berusaha untuk
secara aktif ikut serta dalam keseluruhan kegiatan kelompok.
(f).
Mampu berkomunikasi secara terbuka.
(g). Berusaha membantu yang lain.
(h). Memberi kesempatan kepada
anggota lain untuk juga menjalankan perannya.
(i). Menyadari pentingnya kegiatan
kelompok
(3) Usaha
Mempersiapkan Anggota Kelompok
Usaha mempersiapkan anggota kelompok merupakan peran
yang harus dimainkan oleh pemimpin kelompok. Peran ini memiliki peranan penting
dalam hubungannya dengan diperolehnya anggota kelompok yang mampu melaksanakan
perannya masing-masing dalam kegiatan kelompok, sehingga dinamika kelompok yang
harus diwujudkan dalam kehidupan kelompok dapat terjadi. Dalam rangka
mempersiapkan anggota kelompok dimaksud pemimpin kelompok dalam hal ini guru
pembimbing harus menyampaikan :
(a). tentang apa-apa
yang diharapkan dari para anggota, seperti suasana khusus yang terjadi dalam
kelompok yang akan diselenggarakan, peran yang harus dimainkan pemimpin
kelompok.
(b). Bahwa
keikutsertaan dalam kelompok adalah suka rela.
(c). Bahwa anggota
kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan atau menolak saran-saran
yang disampaikan anggota lain.
(d). Bahwa hasil
kegiatan kelompok tidak mengikat para anggota kelompok dalam kehidupan mereka
di luar kelompok.
(e). Bahwa segala yang
terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok adalah bersifat rahasia. Anggota
dan pemimpin kelompok wajib menjaga kerahasiaan tersebut.
(f). Penghargaan
terhadap kesukarelaan dan keberaniaan anggota kelompok mengikuti kegiatan kelompok.
Di awal kegiatan kelompok, pemimpin
kelompok perlu menjelaskan semua hal tersebut di atas. Setelah penjelasan
tersebut pada umumnya kegiatan kelompok yang sebenarnya sudah dimulai. Tugas
pemimpin kelompok selanjutnya adalah memperhatikan tingkat kesiapan anggota
kelompok dalam menjalani kegiatan kelompok, yang meliputi kesiapan
masing-masing anggota untuk:
(a) Mengemukakan
pendapat dan/atau isi hatinya.
(b) Kesiapan
anggota untuk membenaskan diri dari rasa enggan dan sikap mempertahankan diri.
(c) Dapat
menerima tanggapan yang mendalam dan lebih “menyentuh” tentang tingkah lakunya,
dan
(d) Mendiskusikan
tingkah laku yang secara social tidak bisa dibenarkan.
Bimbingan kelompok dengan anggota “kelompok bebas”,
antar anggota yang kondisinya belum saling mengenal (asing), tugas menyiapkan
anggota untuk sampai pada kondisi memiliki kesiapan untuk berkegiatan dalam
kelompok merupakan tugas yang berat bagi guru pembibing yang menjadi pemimpin
kelompok. Karena itu keberhasilan pemimpin kelompok dalam hal ini sangat
menentukan keberhasilan kelompok.
Monk, Knoers dan Sri Rahayu dalam Psikologi
Perkembangan (1982) mengatakan masa remaja adalah fase perantara untuk anak
dalam memasuki dunia nyata dan menunaikan tugas sosial. Sehingga dalam masa ini
banyak sekali perilaku atau sikap sisiwa sebagai remaja yang mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan atau aturan-aturan
yang tidak sesuai dengan kebiasaannya. Oleh karena itu para siswa yang
mengalami kesulitan penyesuaian terutama siswa yang melakukan pelanggaran
disiplin kerapian berseragam perlu diberikan tuntunan, penjelasan melalui
hubungan dalam kelompok agar mengerti kekeliruan atau sikap yang ditunjukannya
kurang sesuai dan tidak dibenarkan pada lingkungan di mana ia berada dan harus
segera dirubah dan tidak menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Bagi siswa yang diberikan pendidikan atau pengajaran
saja sudah tahu dan mulai menunjukkan perubahan sikap tidak perlu diarahkan
dalam kelompok, tetapi bagi siswa yang diberikan pendidikan masih melakukan
pelanggaran disiplin kerapian berseragam harus masuk dalam kelompok untuk dapat
belajar bersama-sama dengan siswa yang lain dan menyelesaikan masalahnya,
mengambil keputusan dan akhirnya dapat bersikap sesuai dengan tuntunan
lingkungannya dalam menerapkan disiplin kerapian berseragam.
B.
Kerangka
Berpikir
Berdasarkan telaah teori dan pendapat para pakar
pada uraian di atas maka
penyelesaian masalah kelas pada kasus kedisiplinan kerapian berseragam dalam
mengikuti lewat layanan bimbingan kelompok dapat diformulasikan kerangka
berfikir penelitian sebagai berikut ini.
Gambar 1
Skema Kerangka Berpikir
Dari skema kerangka berpikir dapat dilihat bahwa
terdapat kesenjangan pemenuhan tata tertib di sekolah antara yang diharapkan
dan kenyataan. Upaya untuk menegakkan tata tertib sekolah, khususnya dalam
upacara ditempuh jalan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Setelah
siswa yang bermasalah dengan pemenuhan tata tertib diberikan layanan bimbingan
kelompok, pelanggaran terhadap tara tertib menjadi tidak ada atau paling tidak
dapat berkurang.
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir
yang telah diformulasikan, hipotesis tindakan kelas ini adalah “Penggunaan
metode Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan disiplin kerapian berseragam bagi
siswa SMPN 2 Grogol pada semester II tahun ajaran 2012/2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar