Senin, 17 Oktober 2016

Bab I: PENDAMPINGAN TEMAN SEBAYA (SEBUAH MODEL PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN – KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII)



PENDAMPINGAN TEMAN SEBAYA

(SEBUAH MODEL PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN – KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII)



BAB: I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dengan dirumuskannya Standar Kelulusan Bimbingan – Konseling di semua jenjang pendidikan formal, menuntut profesionalitas kerja Petugas Bimbingan (Konselor). Konselor harus mau dan mampu menyusun perencanaan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengadakan tindaklanjut pelaksanaan layanan bimbingan tersebut.

Tidak hanya tuntutan Standar Kelulusan yang berorientasi pada siswa, akan tetapi juga adanya tuntutan Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Konselor yang nota bene sudah merupakan suatu karya profesi, memiliki  tugas dan tanggungjawab yang harus dipertanggungjawabkan secara profesional. Tugas dan tanggungjawab tersebut mencakup beberapa aspek dan bidang kehidupan. Baik di ruang lingkup tugas secara formal maupun di bidang sosial kemasyarakatan (AKBIN, 2005 – 2009, hal: 79 – 114)

Secara formal di dunia pendidikan, khususnya jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, seorang konselor minimal memiliki beban dan tanggungjawab mendampingi siswa sebanyak  + 150 orang. Secara moral beban dan tanggungjawab ini tergolong besar dan berat. Tidak bisa dibayangkan, 150 orang siswa yang memiliki karakteristik, latar belakang sosial ekonomi menuntut seorang konselor untuk bekerja keras memahaminya secara individual. Untuk itu, perlu adanya kiat khusus dalam melaksanakan pendampingan. (Pedoman Penyusunan Portofolio Srtifikasi Guru Bimbingan Tahun 2007)

Terlebih siswa SMP yang sesuai tahap perkembangannya berada pada masa remaja atau disebut masa transisi (peralihan), dengan segala keunikannya, menuntut kerja ekstra keras seorang konselor. Agar berhasil dalam pelayanannya, seorang konselor harus memahami ciri-ciri remaja dan tugas perkembangan remaja dengan memadukan program layanan bimbingan pada umumnya.

Bertolak dari hal tersebut, jelas sebagai seorang konselor dengan segala keterbatasannya, tidak akan mencapai standar kelulusan maupun standar kompetensinya. Untuk itu perlu kiranya menjalin kerjasama dengan pihak lain, yang dimungkinkan bisa membantu mencapai tujuan layanan bimbingan. Salah satu upaya menentukan pihak lain yang bisa diajak bekerja sama adalah dengan cara memilih dari siswanya itu sendiri. Siswa yang dipandang memiliki kemampuan, kecakapan, keterampilan lebih inilah yang dimungkinkan bisa menjadi pendamping teman-temannya.

Bagaimana cara menentukan salah seorang siswa yang dipandang bisa dijadikan pendamping teman sebayanya ? Siswa yang dipilih adalah siswa yang seusia atau se kelas dengan memiliki kemampuan, bisa diterima dan menerima teman-temannya. Sistem demikian ini kami istilahkan suatu model pendampingan teman sebaya. 

B.    Identifikasi Masalah

Dengan adanya Standar Kelulusan Bimbingan Konseling di sekolah menengah dan Standar Kompetensi Konselor Indonesia menuntut profesionalitas seorang konselor. Salah satu pencapaian profesionalitas konselor, dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebisa mungkin mengoptimalkan/memberdayakan segala sesuatu yang ada untuk dijadikan sarana dan media bimbingan. Yang salah satunya adalah siswa. Seorang siswa bisa dijadikan partner kerja apabila melalui proses seleksi tertentu diketahui memiliki kemampuan lebih dibanding teman-teman sekelasnya.

            Seorang siswa bisa diberdayakan untuk memperlancar kerja layanan konselor dipilih dari teman sebayanya/sekelasnya. Model ini disebut Model Pendampingan Teman Sebaya.

C.    Pembatasan Masalah

Tidak semua jenjang pendidikan formal mampu atau bisa menerapkan Model Pendampingan Teman Sebaya ini. Hal ini banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di jenjang pendidikan Sekolah Dasar kelas bawah. Karena keterbatasan siswa dalam hal sosialisasi, sulit kiranya menerapkan model ini.
           
            Model Pendampingan Teman Sebaya tepat diberlakukan di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama, dengan alasan:

1.     Siswa SMP sesuai dengan tahap perkembangan sosialnya merasa sangat membutuhkan dan tergantung pada lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang paling mempengaruhinya adalah teman sebayanya.

2.     Siswa SMP sudah memiliki karakteristik sebagai seorang pemimpin yang bisa dipercaya dan mampu mempengaruhi orang lain, terlebih teman sebayanya.

3.     Ada beberapa program layanan bimbingan di SMP yang bisa dilaksanakan dengan melibatkan atau meminta bantuan pihak lain. Salah satunya siswa.

D.    Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan beberapa masalah:

1.     Bagaimanakah cara menentukan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya ?

2.     Bagaimanakah tindak lanjut bagi seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang menurut siswa lain dan konselor bisa dijadikan pendamping teman sebayanya ?

3.     Hal-hal apa saja yang bisa dilakukan oleh seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang dipercaya sebagai pendamping teman sebayanya ?

4.     Apa yang semestinya dilakukan oleh seorang konselor, khususnya yang berkenaan dengan layanan bimbingan siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII ?




E.    Tujuan Pembahasan

1.     Agar konselor memahami langkah-langkah yang tepat dalam menentukan seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.

2.     Agar konselor memahami tindaklanjut setelah berhasil menentuikan salah seorang siswa SMP Tarakanita Solo Baru Kelas VII yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.

3.     Agar konselor memahami beberapa rumusan yang semestinya ditugaskan kepada seseorang siswa yang dijadikan sebagai pendamping teman sebayanaya/sekelasnya.

4.     Agar konselor memahami apa yang seharusnya ditindaklanjuti dari hasil kerja seorang siswa yang bisa dijadikan sebagai pendamping teman sebayanya/sekelasnya.

F.     Manfaat Pembahasan

1.     Bagi calon konselor atau pembantu konselorr:
      Dapat memiliki gambaran pelaksanaan layanan dengan Model Pendampingan Teman Sebaya. Yang dimungkinkan, setelah menjadi konselor nanti mampu dan mau mengembangkannya.

2.     Bagi konselor SMP Tarakanita Solo Baru:
      Semakin diperkaya dengan fareasi model layanan bimbingan, sekalipun tidak menyalahi aturan profesinya.

3.     Bagi siswa SMP Tarakanita Solo Baru (yang melaksanakan model ini):
      Akan semakin tumbuh sikap saling percaya mempercayai, saling menerima dan diterima, saling merasa dihargai sebagai seorang pribadi.

4.     Bagi para orang tua siswa:
      Akan memperoleh sumber informasi yang bisa dipercaya dari teman-teman anaknya, sehingga bisa melakukan pendampingan anak-anaknya di dalam lingkungan keluarga secara lebih baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar