Selasa, 08 November 2016

Bab I: “MENDALANGKAN BARANG” (SEBUAH MODEL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TARAKANITA SOLO BARU KELAS VIII A, KECAMATAN GROGOL, KABUPATEN SUKOHARJO, PROPINSI JAWA TENGAH)



“MENDALANGKAN BARANG”
(SEBUAH MODEL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TARAKANITA SOLO BARU KELAS VIII A, KECAMATAN GROGOL, KABUPATEN SUKOHARJO, PROPINSI JAWA TENGAH)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar memliki daya saing dalam menghadapi  tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi serta pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan ( Standar Isi, Badan Standar Nasional Pendidikan 2006, h:1).
      Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Propinsi Jawa tengah, mewajibkan Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa, dengan tujuan khususnya dalam upaya penanaman nilai-nilai budi pekerti dan penguasaan Bahasa Jawa. Hal ini ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 895.5/01/2005 tentang Pedoman dan Pelaksanaan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004, untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/MA Negeri dan Swasta Propinsi Jawa Tengah  (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jateng)
“ ........Bahasa , sastra dan budaya Jawa rumit dan njlimet. Namun justru dari kerumitannya itu tersembul kehalusan. Apa yang tersurat dalam bahasa Jawa sering tidak mencerminkan sesuai maksud yang ingin disampaikan. Tetapi ada sesuatu  yang tersirat dan membutuhkan pemahaman-pemahaman tertentu, kata Gubernur Jawa tengah H. Mardiyanto” (Bahasa Jawa cenderung ditinggalkan generasi muda, Harian Wawasan Wawasan Semarang,  Senin, 12 Nop 2001)
     “......Dinamika kemajuan informasi dan teknologi dewasa ini, ternyata tidak hanya berakibat pada perubahan ekonomi semata, namun juga pola pikir, saat ini banyak masyarakat Jawa yang meninggalkan nilai-nilai kulturalnya itu, sejak dari sikap perilaku, produk seni maupun Bahasa Jawa sebagai bahasa ibunya, kata Dra. GRAY. Koes Moertiyah Wirabumi di Sanggar Pasinaon Pambiwara Karaton Surakarta Cab. Semarang. Sementara pengajar dari UNS Surakarta Dr. Maryono Dwiraharjo melengkapi, pengajaran bahasa Jawa atau budaya tidak akan berhasil, manakala pemerintah juga tidak menambah porsi kurikulum di sekolah ......” (Budaya Jawa kian terkena degradasi, Harian Wawasan Semarang,  Rabu, 17 April 2002)
      “Ing kasunyatan, kurikulum basa Jawi taksih tumpangsuh, dereng wonten watesan ingkang gumathuk antawisipun tataran TK, SD, SMP lan SMA , urai Dr. Teguh Supriyanto M.Hum, Pengajar Bahasa dan Sastra Jawa Unnes dalam suatu Sarasehan Yayasan Studi Bahasa Jawa (YSBJ) Kanthil di IKIP PGRI Semarang.  Selanjutnya disampaikan oleh satu-satunya doktor Ilmu Sastra di Jawa Tengah tersebut, “Pamanggih kula, lare dipunwastani saged basa Jawi menawi saged pacelathon basa Jawi kanthi tinembung krama ing sae, trep lan komunikatif” (Bahasa Jawa”jluntrunge makin tak jelas, Harian Wawasan Semarang, 22 April 2008)
Dinas Pendidikan (Disdik ) Klaten menilai,  penggunaan bahasa Jawa dalam dunia pendidikan kian luntur. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jam pelajaran Bahasa Jawa yang dilaksnakan di jenjang pendidikan sekolah. Sangat disayangkan bahwa akhir-akhir ini banyak diselenggarakan workshop bahasa asing dibandingkan workshop Bahasa Jawa. Pada hal guru bahasa Jawa banyak yang kurang memahami seluk beluk Bahasa Jawa Bahasa Jawa di sekolah kian luntur (Harian Solopos, Solo, 10 Juli 2012)
Kenyataan di lapangan, sekali pun Pelajaran Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal wajib di Jawa Tengah, tetapi pelaksanaan di lapangan kurang sesuai dengan yang diharapkan. Tidak sedikit Guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa jawa memiliki latar belakang disiplin Pendidikan dan Sastra Jawa. Guru yang “senang” atau diwawas “sedikit mampu” berbahasa Jawa kemudian diserahi mengampu pelajaran Bahasa jawa.
Sebagai contoh nyata, Guru (Penulis) sendiri “ditunjuk”  menjadi Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di Sekolah Menengah Pertama swasta, di mana sebagian siswanya adalah warga keturunan, dalam berkomunikasi kesehariannya menggunakan Bahasa Indonesia, bahkan ada yang menggunakan bahasa Inggris atau Mandarin . Banyak yang beranggapan bahwa pelajaran bahasa Jawa sangat sulit. Dianggap tidak banyak berpengaruh terhadap penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Guru (Penulis) juga tidak memiliki latar belakang disiplin ilmu Bahasa dan Sastra Jawa, sangat merasakan kesulitan dalam melakukan proses belajar mengajarnya.  
Setelah berusaha mencari, menemukan dan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang Guru (Penulis) sebut dengan “mendalangkan barang”, akhirnya proses pembelajaran sedikit demi sedikit proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Walau jika diukur berdasarkan Standar Kekutantasan Minimal belum semua mencapainya (tuntas), tetapi prosentase hasil proses pembelajaran ada peningkatan yang signifikan.
Sejauh mana Mendalangkan Barang Sebagai Model Pendekatan Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa mampu meningkatkan motivasi dan prestasi siswa ?
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan butir-butir penyataan dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.   Apakah penerapan pendekatan pembelajaran “mendalangkan barang”
Dapat meningkatkan prestasi belajar Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di kelas VIII A SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah ?
2.   Apakah penerapan pendekatan pembelajaran “mendalangkan barang”   dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan  di kelas
VIII A SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah ?
3. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran “mendalangkan barang”   dapat menambah penguasaan kosa kata Bahasa Jawa dan perubahan tingkah laku yang positif bagi siswa di kelas VIII A SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo,  Jawa Tengah ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan butir-butir rumusan permasalahan di atas dapatlah dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.   Dengan  penerapan pendekatan pembelajaran “mendalangkan barang” dapat meningkatkan prestasi belajar Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa di kelas VIII A SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah.
2.   Dengan penerapan pendekatan pembelajaran “mendalangkan barang”   dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan  di kelas VIII A SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah.
3.   Dengan penerapan pendekatan pembelajaran “mendalangkan barang”  dapat menambah penguasaan kosa kata Bahasa Jawa dan mengubah tingkah laku yang positif bagi siswa di kelas VIII SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo,  Jawa Tengah.
D. HIPOTESIS
Jika pendekatan “mendalangkan barang” dalam pembelajaran pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa ini digarap dan dikembangkan dengan baik, maka kemungkinan besar akan dapat:
1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan siswa kelas VIII A SMP Tarakanita Solo Baru, Grogol, Sukoharjo khususnya dan siswa Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/MA Negeri dan Swasta Propinsi Jawa Tengah.
2. Proses pembelajaran akan “hidup” dan menyenangkan.
3. Hasil pembelajaran  baik kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik akan meningkat.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa:
a. Memberi motivasi dalam mengubah pandangan, sikap/perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar pelajaran muatan lokal bahasa Jawa, yang tadinya sulit dan membosankan.
b. Memberikan kesempatan untuk berpikir logis, kritis dan kreatif melalui “mendalangkan barang”.
2. Bagi Guru:
a. Sarana untuk meningkatan kreativitas dan daya inovasi guru agar pembelajarannya bahasa Jawa menjadi menyenangkan dan berhasil.
b. Meningkatkan pamahaman guru terhadap kemampuan menambah pengetahuan, keterampilan berbahasa Bahasa Jawa terhadap siswanya.
3. Bagi Sekolah:
a. Terciptanya suasana pembelajaran yang dinamis, kondusif.
b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar